KOMPAS.com - Produksi listrik terbarukan di seluruh dunia naik 15,1 persen pada tahun 2023.
Menariknya, kenaikan produksi listrik terbarukan ini sebagian besar didorong oleh pembangunan besar-besaran pembangkit tenaga angin dan surya di China.
Hasil tersebut berdasarkan data baru yang dirilis oleh Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA).
Seperti dikutip dari Edie, Senin (14/7/2025), menurut laporan IRENA, kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya tumbuh 23,3 persen dalam setahun terakhir.
Sementara itu, jika semua jenis energi terbarukan lainnya dihitung, pertumbuhannya sebesar 15,1 persen.
Pertumbuhan, dalam hal kedua metrik tersebut lebih pesat daripada tahun sebelumnya.
Baca juga: Bersama China, Indonesia Bisa Dorong Energi Surya
IRENA mencatat bahwa, sekali lagi, penambahan kapasitas energi terbarukan sebagian besar terkonsentrasi di Asia.
Wilayah Asia menyumbang 71 persen dari total penambahan kapasitas yang mencetak rekor, yaitu sebesar 582 gigawatt (GW), antara tahun 2023 dan 2024.
China menjadi pemimpin global dalam penambahan kapasitas energi terbarukan dengan hampir 400 GW. Di belakangnya ada India dengan 25 GW, dan diikuti oleh Jepang (4 GW) serta Korea Selatan (3 GW).
Di luar Asia, Eropa dan Amerika Utara menyumbang masing-masing 12,3 persen dan 7,8 persen dari total penambahan kapasitas energi terbarukan global.
IRENA pun menyerukan tindakan bersama untuk mendorong investasi energi terbarukan di Afrika, Eurasia, Amerika Tengah, dan Karibia.
“Menjembatani kesenjangan dan menutup kesenjangan investasi antarnegara dan kawasan sangatlah penting. Hal ini membutuhkan kebijakan yang terarah, pembiayaan internasional, dan kemitraan yang membuka akses modal dan teknologi di tempat yang paling membutuhkan," kata Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera.
“Dengan menyelaraskan arus investasi dengan kerangka kebijakan, kita dapat memastikan bahwa transisi hijau menjadi mesin penggerak yang kuat bagi ketahanan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di seluruh dunia,” tambahnya.
Baca juga: Kementerian ESDM Kebut Penyediaan Listrik Bersih di Indonesia Timur
United Nations Development Programme (UNDP), Octopus Energy, dan Pardee Institute di University of Denver menyimpulkan, jika dunia beralih cepat ke energi terbarukan sambil menerapkan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan, pada tahun 2060 akan ada potensi penghematan 20 triliun dolar AS di sektor energi dan PDB global akan naik sebesar 21 persen.
Sebelumnya, lebih dari 100 negara sepakat pada COP28 di Dubai pada tahun 2023 untuk berupaya meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan terpasang dunia hingga tiga kali lipat pada tahun 2030. Hal ini mencakup peningkatan instalasi global menjadi 11,2 TW.
IRENA memproyeksikan, jika tingkat pertumbuhan tahunan yang terlihat pada tahun 2023-2024 berlanjut, tingkat instalasi global akan mencapai 10,3 TW.
Untuk mencapai ambisi tersebut, kapasitas energi terbarukan terpasang global harus meningkat sebesar 16,6 persen per tahun selama sisa dekade ini.
IRENA mencatat bahwa target tersebut bukanlah hal yang mustahil, namun akan membutuhkan upaya terpadu untuk mencapai skala pembangunan yang dibutuhkan.
Pasar di Afrika perlu meningkatkan pembangunan secara besar-besaran, sementara Eropa dan Amerika Utara harus mengatasi berbagai hambatan, seperti perizinan, infrastruktur jaringan, dan ketersediaan tenaga kerja terampil.
Baca juga: Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya