Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China

Kompas.com, 14 Juli 2025, 19:33 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Produksi listrik terbarukan di seluruh dunia naik 15,1 persen pada tahun 2023.

Menariknya, kenaikan produksi listrik terbarukan ini sebagian besar didorong oleh pembangunan besar-besaran pembangkit tenaga angin dan surya di China.

Hasil tersebut berdasarkan data baru yang dirilis oleh Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA).

Seperti dikutip dari Edie, Senin (14/7/2025), menurut laporan IRENA, kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya tumbuh 23,3 persen dalam setahun terakhir.

Sementara itu, jika semua jenis energi terbarukan lainnya dihitung, pertumbuhannya sebesar 15,1 persen.

Pertumbuhan, dalam hal kedua metrik tersebut lebih pesat daripada tahun sebelumnya.

Baca juga: Bersama China, Indonesia Bisa Dorong Energi Surya

IRENA mencatat bahwa, sekali lagi, penambahan kapasitas energi terbarukan sebagian besar terkonsentrasi di Asia.

Wilayah Asia menyumbang 71 persen dari total penambahan kapasitas yang mencetak rekor, yaitu sebesar 582 gigawatt (GW), antara tahun 2023 dan 2024.

China menjadi pemimpin global dalam penambahan kapasitas energi terbarukan dengan hampir 400 GW. Di belakangnya ada India dengan 25 GW, dan diikuti oleh Jepang (4 GW) serta Korea Selatan (3 GW).

Di luar Asia, Eropa dan Amerika Utara menyumbang masing-masing 12,3 persen dan 7,8 persen dari total penambahan kapasitas energi terbarukan global.

IRENA pun menyerukan tindakan bersama untuk mendorong investasi energi terbarukan di Afrika, Eurasia, Amerika Tengah, dan Karibia.

“Menjembatani kesenjangan dan menutup kesenjangan investasi antarnegara dan kawasan sangatlah penting. Hal ini membutuhkan kebijakan yang terarah, pembiayaan internasional, dan kemitraan yang membuka akses modal dan teknologi di tempat yang paling membutuhkan," kata Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera.

“Dengan menyelaraskan arus investasi dengan kerangka kebijakan, kita dapat memastikan bahwa transisi hijau menjadi mesin penggerak yang kuat bagi ketahanan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di seluruh dunia,” tambahnya.

Baca juga: Kementerian ESDM Kebut Penyediaan Listrik Bersih di Indonesia Timur

United Nations Development Programme (UNDP), Octopus Energy, dan Pardee Institute di University of Denver menyimpulkan, jika dunia beralih cepat ke energi terbarukan sambil menerapkan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan, pada tahun 2060 akan ada potensi penghematan 20 triliun dolar AS di sektor energi dan PDB global akan naik sebesar 21 persen.

Sebelumnya, lebih dari 100 negara sepakat pada COP28 di Dubai pada tahun 2023 untuk berupaya meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan terpasang dunia hingga tiga kali lipat pada tahun 2030. Hal ini mencakup peningkatan instalasi global menjadi 11,2 TW.

IRENA memproyeksikan, jika tingkat pertumbuhan tahunan yang terlihat pada tahun 2023-2024 berlanjut, tingkat instalasi global akan mencapai 10,3 TW.

Untuk mencapai ambisi tersebut, kapasitas energi terbarukan terpasang global harus meningkat sebesar 16,6 persen per tahun selama sisa dekade ini.

IRENA mencatat bahwa target tersebut bukanlah hal yang mustahil, namun akan membutuhkan upaya terpadu untuk mencapai skala pembangunan yang dibutuhkan.

Pasar di Afrika perlu meningkatkan pembangunan secara besar-besaran, sementara Eropa dan Amerika Utara harus mengatasi berbagai hambatan, seperti perizinan, infrastruktur jaringan, dan ketersediaan tenaga kerja terampil.

Baca juga: Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau