Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelelawar Bisa Menjadi Pengendali Hama di Indonesia, Lantas apa Tantangannya?

Kompas.com, 16 Juli 2025, 12:12 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Penelitian yang dipublikasikan di Science Direct pada 2015 menunjukkan bahwa penggunaan kelelawar sebagai pengendali hama alami terbukti efektif dan ramah lingkungan, serta mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Ketua Kelompok Riset Mamalia di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sigit Wiantoro, mengatakan bahwa kelelawar memang memiliki peran penting dalam ekosistem dan mendukung pertanian berkelanjutan.

“Studi membuktikan bahwa kelelawar merupakan penyedia jasa lingkungan, antara lain sebagai pengendali populasi serangga yang berpotensi sebagai hama, membantu penyerbukan, penyebar biji, serta penghasil guano yang dapat diolah sebagai pupuk,” ujar Sigit kepada Kompas.com, Rabu (16/7/2025).

Meski berpotensi mendukung pertanian berkelanjutan, pendekatan ini sejauh ini belum diterapkan secara khusus di Indonesia. Sigit menyebut, tantangan utama ada pada kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap peran kelelawar.

“Pengetahuan akan peran penting dan jasa lingkungan dari kelelawar sebagai pengendali hama masih kurang,” jelasnya.

Baca juga: Atasi Fragmentasi Informasi, Pertanian Berkelanjutan Butuh Pendekatan Digital

Ia menambahkan, masih banyak pihak yang menganggap kelelawar sebagai hama, terutama di kawasan perkebunan buah. Selain itu, persepsi bahwa kelelawar adalah penyebar penyakit juga menjadi hambatan lain yang perlu diatasi.

Menurut Sigit, risiko kesehatan memang merupakan aspek yang perlu diantisipasi jika ingin menggunakan pendekatan ini. Namun, sudah ada sejumlah studi dan panduan yang dapat dijadikan acuan untuk mengurangi dampaknya.

Salah satunya adalah dengan meminimalkan kontak langsung antara manusia dan kelelawar serta menjaga habitat mereka agar tetap sehat.

Untuk mendukung penerimaan di tingkat masyarakat, terutama petani, Sigit menekankan pentingnya komunikasi publik yang baik dengan bahasa yang mudah dipahami. Edukasi yang tepat bisa membantu membentuk kesadaran akan manfaat ekologis kelelawar.

Selain edukasi, Sigit juga mengusulkan opsi valuasi ekonomi terhadap jasa lingkungan yang diberikan kelelawar.

“Jasa lingkungan memang tidak bisa secara langsung terlihat secara materiil, namun dapat divaluasi untuk mengetahui seberapa besar dampak ekonominya,” katanya.

Ia menekankan bahwa sistem pertanian ramah lingkungan perlu mulai dipertimbangkan secara serius sebagai bagian dari strategi pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Praktik pertanian berkelanjutan, tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, tetapi juga bagi lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan.

Baca juga: Pertanian Hijau Terbukti Tingkatkan Biodiversitas dan Panen, Tapi Butuh Subsidi

Menurutnya, praktik seperti pengurangan pupuk atau pestisida buatan, konservasi habitat pengendali hayati, serta pemanfaatan potensi hewan penyerbuk dapat menjadi bagian dari sistem pertanian yang berkelanjutan dan berbasis keanekaragaman hayati.

Meski belum pernah ada proyek percontohan yang secara spesifik menggunakan kelelawar untuk mendukung pertanian berkelanjutan, Sigit menyebut BRIN memiliki inisiatif proyek biovillage. Proyek ini menggabungkan pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan prinsip pertanian ramah lingkungan.

Di akhir, Sigit menegaskan bahwa meskipun masih membutuhkan banyak persiapan, peran ekologis kelelawar dalam mendukung pertanian berkelanjutan cukup signifikan.

Ia juga menekankan bahwa keberadaan kelelawar dapat ikut mendukung ketahanan pangan dan mengurangi dampak krisis iklim di sektor pertanian.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau