Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Minta RI Ekspor Tembaga, Pengamat: Kalau yang Diekspor Bijih Ganggu Hilirisasi

Kompas.com, 17 Juli 2025, 18:45 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meminta Indonesia mengekspor tambang ke negaranya usai memberlakukan tarif impor 19 persen.

Menurut Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, pemerintah bisa saja mengekspor produk olahan tembaga ke AS untuk mendapatkan keuntungan dari hillirisasi.

"Kalau misalnya produk hilirisasi dari tembaga, produk turunannya berupa tembaga olahan saya kira enggak apa-apa. Tetapi kalau yang diminta bijih tembaga akan mengganggu hilirisasi pemerintah," kata Fahmy saat dihubungi, Kamis (17/7/2025).

Dia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber tembaga, yang selama ini hanya dieskpor dalam bentuk bijih sehingga nilai tambahnya rendah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu tegas menolak jika AS meminta ekspor konsentrat tembaga.

Baca juga: Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas

"Pemerintah harus bertahan tetap akan mengekspor tembaga hasil dari hilirisasi tembaga. Jangan kemudian diikuti semua yang diminta Amerika karena dapat (tarif impor) 19 persen," tutur dia.

Fahmy mengakui, Indonesia sudah siap melakukan hilirisasi tembaga dengan fasilitas smelter yang ada salah satunya milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur.

Kendati begitu, ekosistem industri dari hulu hingga hilir belum sepenuhnya terbentuk karena hilirisasinya baru menghasilkan produk turunan kedua atau ketiga.

"Nikel, misalnya, dari hulunya bijih nikel lalu ujungnya adalah baterai mobil listrik dan mobil listrik. Nah itu akan membentuk ekosistem industrialisasi, mestinya tembaga harus menghasilkan itu," jelas Fahmy.

Ia lalu mengingatkan potensi tekanan dari Amerika Serikat, terutama terkait kepentingan mereka terhadap ekspor konsentrat tembaga melalui Freeport.

Baca juga: Trump Beri Tarif 19 Persen untuk RI, Apakah Borong Migas AS Rp 251 T Worth It?

"Kalau itu (ekspor bijih) dilakukan saya kira kemunduran bagi Indonesia karena sudah punya smelter yang cukup besar di Gresik. Kalau kemudian produknya semua di ekspor Amerika investasi untuk smelter di Gresik itu akan tidak ada gunanya," ujar Fahmy.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Trump sempat memuji produk tembaga dari Indonesia yang berkualitas tinggi. Dia menyampaikan, AS akan diberikan akses untuk produk mineral tersebut.

Trump juga menyampaikan bakal lebih banyak memakai tembaga dari Indonesia

Menanggapi hal tersebut, Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rizwan Aryadi Ramdhan, menyatakan pihaknya mendorong agar ekspor tembaga ke AS tetap dalam bentuk produk hasil hilirisasi.

"Secara bersama-sama itu kami menyusun kebijakan yang pro hilirisasi. Jadi (kami) tidak ekspor dalam keadaan mentah. Kami mendukung untuk fasilitas proses produksinya di dalam negeri," sebut Rizwan, Rabu (16/7/2025).

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
LSM/Figur
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau