Ketiga, model bisnis yang sulit bersaing. Slogan "sampah adalah cuan" ternyata tak seindah kenyataan di lapangan.
Baca juga: Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Sampah yang memiliki nilai jual tinggi seperti botol plastik bersih, dan kertas karton bagus sudah dipungut oleh "pemulung" atau bahkan "mafia sampah" yang memiliki jaringan dan modal lebih kuat.
"Intinya adalah kami kalah bersaing dengan pebisnis-pebisnis sampah yang memang sudah menampung sampah mahal," jelas Reni.
Akibatnya, sampah yang sampai di TPS 3R seringkali adalah sampah residu yang tidak berharga seperti kantong kresek atau kaset.
Ini membuat TPS 3R sulit memperoleh pendapatan yang cukup untuk membiayai operasionalnya sendiri.
TPS 3R yang berhasil umumnya berlokasi di dekat objek pariwisata atau perumahan mewah/apartemen, di mana masyarakat atau wisatawan bersedia membayar iuran pengelolaan sampah yang lebih tinggi.
Berbeda dengan desa-desa yang kesulitan, bahkan untuk membayar iuran Rp 5.000 per bulan sekalipun.
Melihat realita ini, CARP mendesak adanya perubahan paradigma nasional yang fundamental, bukan sekadar perbaikan kecil.
Regulasi pengelolaan sampah UU No. 18/2008, PP No. 81/2012, dan UU No. 23/2014) dinilai sudah bagus, namun implementasinya terganjal paradigma lama yang berfokus pada "kumpul-angkut-timbun" yang hanya menciptakan gunung sampah seperti yang terjadi di TPA Bantar Gebang.
Oleh karena itu, CARP mengusulkan dua pilar perubahan:
Zero Waste at Source (Nihil Sampah di Sumber)
Sampah harus diselesaikan di sumbernya masing-masing, entah itu rumah tangga, pabrik, atau pasar.
Baca juga: Standar Adipura Dirombak, 50 Persen Ditentukan dari Pengelolaan Sampah
Hanya residu yang tidak bisa diolah yang dibawa ke TPS. Ini akan jauh lebih efisien, mengurangi biaya transportasi, kemacetan, dan pencemaran dari truk sampah.
Berbagi Tanggung Jawab
Pengelolaan sampah bukan hanya beban pemerintah. Masyarakat yang mampu harus mandiri dalam mengelola sampahnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya