JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meresmikan Gedung Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) sebagai pusat komando peringatan dini multi-bahaya pertama di Indonesia yang dirancang khusus tahan gempa, Senin (21/7/2025).
Gedung yang memiliki sembilan lantai dan dua basement ini dilengkapi 23 titik base isolator berteknologi Friction Pendulum, sistem isolasi seismik yang dipasang menggunakan metode jacking untuk menjamin presisi dan keamanan, termasuk dalam skenario gempa besar seperti megathrust bermagnitudo 8,8.
Dewan Penasihat Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Davy Sukamta, menjelaskan bahwa teknologi isolator ini berbahan utama baja: pelat baja cekung dan cakram rotasi yang dilapisi PTFE (polimer tahan panas).
Ilustrasi isolator tahan gempa“Kalau ada guncangan horizontal akibat gempa, bagian bawah mengikuti guncangan tersebut. Bagian atas hanya bergoyang sedikit karena ada pergerakan relatif antara bagian atas dan bawah,” ujar Davy kepada Kompas.com, Kamis (24/7/2025).
Dengan sistem ini, guncangan yang diterima bagian atas gedung hanya sekitar 15 persen dari getaran awal. Struktur cekung pada sistem isolator juga memungkinkan gedung kembali ke posisi semula, seperti pendulum, sambil meredam energi melalui gesekan.
“Inilah yang membuat teknologi ini disebut friction pendulum,” tambahnya.
Ilustrasi saat terjadi gempa antara gedung biasa dengan gedung pakai isolator“Kita bisa merancang frekuensi yang kita kehendaki, tergantung sifat dinamik gedungnya,” katanya.
Untuk mempermudah pemahaman bagaimana sistem isolasi seismik bekerja, Davy menganalogikannya seperti dua buah bejana yang menerima aliran air. Air itu mewakili energi gempa yang masuk ke gedung.
Pada gedung konvensional tanpa sistem isolasi, seluruh energi gempa langsung masuk ke struktur bangunan. Energi ini lalu diredam lewat deformasi dan gaya-gaya internal struktur, tapi kapasitas redamannya terbatas. Jika aliran energi terlalu besar, seperti bejana yang meluap, maka struktur bisa gagal dan runtuh.
Baca juga: Apakah Perubahan Iklim Sebabkan Gempa Jadi Lebih Sering?
Sebaliknya, pada gedung dengan isolasi seismik, bejananya memiliki katup pengaman yang bisa mengatur seberapa banyak energi masuk. Sejak awal, energi gempa yang diterima sudah lebih kecil karena struktur isolator mampu ‘memotong’ frekuensi getaran yang masuk, menjauhkannya dari frekuensi alami gedung. Hasilnya, struktur tidak mudah beresonansi.
Tidak hanya itu, sistem ini juga mengandalkan gerakan seperti pendulum dan gesekan untuk menyerap energi, yang dikenal sebagai viscous damping energy. Dengan cara ini, energi tidak menumpuk dan tidak menyebabkan kerusakan parah pada struktur.
Ilustrasi cara kerja isolator iniMenurut Davy, pemasangan isolator ini bisa dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri, asal melalui perencanaan dan modifikasi struktur yang cermat.
Dalam skenario gempa besar seperti yang sudah dipetakan dalam Peta Gempa Indonesia 2017, gedung ini dirancang tetap beroperasi tanpa gangguan.
“Gedung beroperasi dengan baik, artinya tidak ada orang cedera. Itu tujuan kinerja dari gedung dengan isolasi seismik,” tegasnya.
Davy juga menekankan bahwa desain gedung ini sepenuhnya dikerjakan oleh insinyur Indonesia. Material dasar isolator memang berasal dari Italia, namun dirakit secara lokal oleh kontraktor nasional, sehingga masih memiliki nilai TKDN.
Adapun, selain dihitung dengan model matematis saat perancangan, Davy mengatakan bahwa isolator juga diuji di laboratorium untuk memastikan kekuatannya sesuai dengan yang dibutuhkan
Dari sisi keberlanjutan, sistem ini bukan hanya soal teknologi tahan gempa. Davy menjelaskan bahwa konstruksi bangunan konvensional menyumbang embodied carbon footprint yang besar dari produksi material, transportasi, hingga perbaikan dan pembongkaran.
Baca juga: 12 Kebutuhan Kritis Pasca Gempa Myanmar, dari Obat hingga Akses Air Bersih
Dengan menghadirkan gedung yang tetap utuh pasca-gempa, emisi yang dihasilkan sepanjang siklus hidup bangunan dapat ditekan secara signifikan. Tidak hanya itu, usia pakai gedung pun lebih panjang.
“Aktivitas bekerja jadi bisa terus berlangsung tanpa gangguan akibat kerusakan bangunan saat gempa. Perlindungan terhadap penghuni dan isi gedung juga punya nilai yang tidak terukur,” ujarnya.
Melihat efektivitas teknologi ini, Davy berharap sistem isolator seismik dapat diterapkan juga pada fasilitas publik lainnya, terutama rumah sakit di daerah rawan gempa.
“Tidak harus menggunakan friction pendulum, sistem isolasi, dasar bantalan karet berlapis pelat baja pun bisa bila gedungnya tidak seberat dan selangsing gedung ini,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya