Selain itu, prosesnya juga melibatkan Pemerintah Aceh, Lembaga Wali Nanggroe, serta pemerintah daerah di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Bireuen. Akademisi dan NGO lokal turut menjadi bagian dari pengawasan publik.
“Intinya, program ini melibatkan banyak pihak, sehingga proses pengawasan secara tidak langsung berjalan beriringan dengan pelaksanaan,” ujar Imron.
Ia juga mengatakan bahwa sejauh ini, masyarakat dari 12 desa di sekitar wilayah kerja PT THL telah ikut terlibat dalam inisiatif ini, dan akan terus dilibatkan pada tahap-tahap berikutnya.
“Keberlanjutan program ini akan sangat bergantung pada kualitas kemitraan antara PT THL dan masyarakat setempat,” tambahnya.
Imron berharap langkah ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat konservasi Gajah Sumatra di Aceh.
Jika berhasil, model restorasi ini berpotensi menjadi rujukan bagi provinsi lain yang menghadapi konflik manusia-gajah.
Baca juga: Dorong Edukasi Hidup Berdampingan, Guru SD Kabupaten OKI Dilatih Buku Ajar Gajah Sumatera
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya