Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenhut Segel Tiga Perusahaan akibat Kebakaran 159 Hektare Gambut di Riau

Kompas.com, 4 Agustus 2025, 20:48 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan Kementerian Kehutanan menyegel lahan yang digunakan tiga perusahaan atas kasus kebakaran hutan di Riau. Ketiga perusahaan itu antara lain PT DRT, Rokan Hilir, PT RUJ, Dumai, dan PT SAU di Pelalawan.

Dirjen Gakkum Kehutanan Kemenhut, Dwi Januanto Nugroho, mengatakan perusahaan mengantongi dokumen Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dan terbukti menyebabkan kebakaran pada lahan gambut.

”Selain dilakukan penyegelan, terhadap tiga PBPH tersebut juga dilakukan pengawasan melalui pengecekan sarana dan prasarana perlindungan area kerja PBPH," ungkap Dwi dalam keterangannya, Senin (4/8/2025).

Baca juga: Kemenhut Sebut 8.594 Hutan dan Lahan Kebakaran, Mayoritas Disebabkan Manusia

"Serta upaya penanggulangan kebakaran hutan oleh PBPH dari sisi peralatan, sumber daya manusia serta prosedur kerja, pemantauan ketaatan PBPH dengan mengacu pada Rencana Kerja Tahunan yang telah disusun," imbuh dia.

Berdasarkan pemantauan satelit Suomi National Polar-orbiting Partnership (SNPP), terdapat 930 hotspot atau titik panas selama Juli 2025. Sebanyak 374 hotspot berada di Riau, yang sebagian besarnya ditemukan di ekosistem gambut. 

Dwi membeberkan kebakaran di lahan yang digunakan PT DRT seluas 75 hektare (ha) di kawasan hutan produksi. Titiknya tersebar pada dua lokasi dengan luas 45 ha dan 30 ha.

Kebakaran di lahan PT RUJ seluas 24,9 ha berada di areal gambut kawasan hutan produksi. Terakhir, kebakaran lahan PT SAU mencakup 60 ha area di hutan produksi.

"Ditjen Gakkum berkomitmen penuh untuk melindungi hutan dari kebakaran dan akan menindak tegas pembakar hutan," ucap Dwi.

Baca juga: Dua Perusahaan Disegel karena Picu Karhutla Seluas 430 Hektare

Sementara itu, Direktur Pengawasan, Pengenaan Sanksi Administratif dan Keperdataan Kemenhut, Ardi Risman, menyatakan pihaknya bakal mengevaluasi kepatuhan korporasi PBPH. Hal ini sesuai Peraturan Menteri LHK Nomor P32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.

"Jika terbukti ditemukan unsur kelalaian atau kesengajaan, perusahaan-perusahaan ini akan dikenakan sanksi administratif berat hingga pencabutan izin sesuai dengan peraturan yang berlaku," papar Ardi.

Pihaknya tidak menutup kemungkinan mengenakan pasal perdata ataupun pidana terhadap pemilik perusahaan. Selama Juni-Juli 2025, Kemenhut menyegel delapan PBPH di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, serta Riau.

“Kegiatan penyegelan sebagai upaya awal untuk menghentikan aktivitas ilegal dan mengurangi risiko kebakaran berulang," ujar Ardi.

Adapun ekosistem gambut berperan menjaga keseimbangan lingkungan terutama sebagai penyimpan karbon terbesar di daratan yang mampu mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, merupakan habitat bagi berbagai spesies endemik dan sumber kehidupan bagi masyarakat lokal.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
LSM/Figur
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau