Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Perubahan Iklim Meluas, DPR Dorong Pengesahan RUU EBT

Kompas.com, 9 Agustus 2025, 10:30 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - DPR RI mendorong percepatan transisi dari energi fosil ke energi terbarukan melalui rancangan undang-undang (RUU) Energi Baru Terbarukan (EBT) seiring dengan meluasnya dampak perubahan iklim.

Anggota DPR RI dari Komisi XII, Fraksi PAN, Eddy Soeparno menyatakan saat ini Indonesia sudah menghadapi dampak perubahan iklim.

"Oleh karena itu, kami menginisiasi payung hukum yang memberikan kepastian bahwa kita melakukan transisi energi dari energi fosil menuju energi terbarukan," ujarnya di Jakarta, Jumat (8/8/2025).

Baca juga: Sektor Swasta Nilai Permen ESDM No.5/2025 Dukung Percepatan Investasi Energi Baru Terbarukan

Transisi tersebut penting untuk mengurangi dampak buruk dari energi kotor terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Eddy mengakui adanya kendala dalam transisi ke energi terbarukan ini, termasuk aspek keekonomian dan infrastruktur.

Kendala tersebut di antaranya, biaya pengembangan energi terbarukan yang lebih tinggi dan keterbatasan infrastruktur seperti jaringan transmisi.

Namun, kata dia, transisi energi tidak bisa ditunda karena dampaknya akan sangat luas. Mulai dari kesehatan, kualitas pertanian, investasi, hingga perdagangan internasional.

Ia berharap pembahasan RUU EBET dapat segera diselesaikan. Jika tidak pembahasan RUU EBET molor, Indonesia bisa tidak kompetitif dalam perdagangan internasional. Indonesia juga akan semakin tertinggal di bidang pengelolaan dan penanganan permasalahan krisis iklim.

"Saya berharap dalam satu dua masa sidang ke depan ini harus selesai. Kalau enggak, Indonesia akan rugi," ucapnya.

Di sisi lain, upaya penanganan krisis iklim juga akan dilakukan melalui RUU Pengelolaan Perubahan Iklim (PPI).

"Mudah-mudahan kami juga bisa mendorong (rancangan) undang-undang PPI ini agar bisa mengikuti (rancangan) undang-undang EBET, agar secara holistik kita bisa melakukan transisi energi ini, kita bisa memperbaiki kualitas udara kita, lingkungan hidup kita juga semakin akan semakin baik ke depan," tutur Wakil Ketua MPR RI ini.

Kolaborasi Atasi Krisis Iklim

Sementara itu, Anggota Komisi XII DPR RI, Jalal Abdul Nasir mengimbau seluruh pihak untuk bekerja sama mengatasi krisis iklim.

Kolaborasi lintas sektor, kata dia, bukan hanya untuk memenuhi target iklim, melainkan juga memastikan manfaat nyata bagi masyarakat. Misalnya, membuka lapangan kerja hijau dan memperkuat ketahanan ekonomi bangsa di masa depan.

Baca juga: Uni Eropa-Indonesia Bentuk UE Desk untuk Dorong Investasi di Sektor EBT

"Menghadapi tantangan krisis iklim yang kian nyata, kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri.

Pemerintah, DPR, dunia usaha, akademisi, komunitas, dan masyarakat harus bergerak dalam satu visi untuk menjaga lingkungan, mempercepat transisi energi bersih, dan melindungi sumber daya alam yang menjadi penopang hidup kita," ujar Jalal.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Rapor Merah dan Hitam PROPER 2025, Perusahaan Bisa Diawasi dan Kena Sanksi
Rapor Merah dan Hitam PROPER 2025, Perusahaan Bisa Diawasi dan Kena Sanksi
Pemerintah
Aset Dana Iklim Global Cetak Rekor 644 Miliar Dollar AS di Awal 2025
Aset Dana Iklim Global Cetak Rekor 644 Miliar Dollar AS di Awal 2025
Swasta
Maybank Indonesia Siapkan Rp 3,3 Triliun untuk Proyek Energi Bersih PLN Batam
Maybank Indonesia Siapkan Rp 3,3 Triliun untuk Proyek Energi Bersih PLN Batam
Swasta
The Habibie Center Gandeng OAC Taiwan Perkuat Tata Kelola Sampah Laut Indo-Pasifik
The Habibie Center Gandeng OAC Taiwan Perkuat Tata Kelola Sampah Laut Indo-Pasifik
LSM/Figur
TNFD dan UN SSE Rilis Alat Pelaporan Alam untuk Bursa Saham Global
TNFD dan UN SSE Rilis Alat Pelaporan Alam untuk Bursa Saham Global
Swasta
Krisis Plastik Kian Parah, Raksasa Bisnis Dunia Sepakat Desak Regulasi Baru
Krisis Plastik Kian Parah, Raksasa Bisnis Dunia Sepakat Desak Regulasi Baru
Swasta
Cek Kesehatan Gratis Ungkap, 95 Persen Orang Indonesia Kurang Gerak, 32 Persen Obesitas
Cek Kesehatan Gratis Ungkap, 95 Persen Orang Indonesia Kurang Gerak, 32 Persen Obesitas
Pemerintah
Fenomena Aneh: Hiu Paus Muda Makin Sering Terdampar di Indonesia, Naik Lima Kali Lipat Sejak 2020
Fenomena Aneh: Hiu Paus Muda Makin Sering Terdampar di Indonesia, Naik Lima Kali Lipat Sejak 2020
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau