Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukungan Aksi Iklim Sering Diremehkan, Bisa Hambat Perubahan Penting

Kompas.com, 3 September 2025, 15:01 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Penelitian baru mengungkapkan politisi dan pembuat kebijakan secara signifikan meremehkan kesediaan masyarakat untuk berkontribusi pada aksi iklim.

Hal itu pada akhirnya membatasi ambisi dan ruang lingkup kebijakan yang pro lingkungan.

Hasil tersebut didapat setelah peneliti meminta delegasi di United Nations Environment Assembly (UNEA) untuk memperkirakan berapa persentase populasi global yang bersedia menyumbangkan 1 persen dari pendapatan mereka untuk membantu mengatasi perubahan iklim.

Rata-rata perkiraan mereka adalah 37 persen, tetapi penelitian terbaru menemukan bahwa angka kesediaan sebenarnya mencapai 69 persen.

Penelitian yang sama menemukan bahwa 89 persen orang berpendapat bahwa pemerintah negara mereka harus berbuat lebih banyak untuk melawan pemanasan global.

Baca juga: Pariwisata Jadi Kontributor Pertumbuhan Ekonomi tapi Rentah Perubahan Iklim

Melansir Guardian, Selasa (2/9/2025) bagi para penulis studi, perbedaan besar antara angka yang dipersepsikan dan angka yang sebenarnya merupakan kasus mengkhawatirkan dari apa yang mereka sebut 'ketidaktahuan pluralistik'.

Dalam kondisi tersebut, orang-orang secara sistematis meremahkan kesediaan sesama warga negara untuk bertindak mengatasi suatu masalah yang pada akhirnya menyebabkan keadaan saat ini terus dipertahankan.

Bagi para peneliti, "kesenjangan mispersepsi" ini sangat mengejutkan karena kelompok survei di UNEA yakni sebanyak 191 delegasi dari 53 negara beranggotakan individu dengan tingkat keterlibatan dan pengetahuan iklim yang lebih tinggi, termasuk 24 negosiator kebijakan yang aktif.

Meskipun demikian, 83 persen delegasi yang disurvei setuju bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk melakukan aksi iklim yang berarti.

"Temuan ini menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi para pembuat kebijakan dan pandangan masyarakat yang mereka wakili," kata Dr. Ximeng Fang, penulis utama studi dari Saïd Business School di University of Oxford.

Dr. Stefania Innocenti, salah satu penulis dari Smith School of Enterprise and the Environment di Oxford, menyampaikan para pembuat kebijakan akan cenderung mengambil langkah aman jika mereka merasa tidak punya dukungan dari masyarakat dan akan memangkas proposal kebijakan yang berani.

"Jika kita tidak menjembatani kesenjangan ini, kita akan gagal mencapai tujuan kita," katanya.

Baca juga: Studi Ungkap, Perubahan Iklim Buka Jalan bagi Timbulnya Pandemi Zoonosis

Fang menambahkan para pembuat kebijakan seharusnya memprioritaskan pembahasan solusi iklim dan cara mewujudkannya, alih-alih membuang waktu dan energi untuk memperdebatkan urgensinya.

"Mencapai nol emisi itu tidak hanya bisa dilakukan, tapi juga menguntungkan secara ekonomi. Kunci utamanya adalah mengedukasi masyarakat tentang potensi manfaat ini, " kata Fang.

Lebih lanjut, para peneliti meyakini, dengan membangun cerita tentang iklim yang penuh optimisme dan harapan, "kesenjangan mispersepsi" ini dapat dipersempit, sehingga bisa mengimbangi pengaruh media berita yang memiliki sudut pandang ideologi tertentu.

"Saya harap penelitian kami mendorong para pejabat kebijakan untuk lebih berani dan mengejar kebijakan iklim yang lebih ambisius. Mereka memiliki dukungan publik lebih besar dari yang mungkin mereka sadari," papar Dr. Joshua Ettinger, salah satu penulis studi dari Center for Climate Change Communication di George Mason University.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Pemerintah
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
LSM/Figur
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Pemerintah
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
LSM/Figur
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Swasta
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
Pemerintah
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Pemerintah
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
LSM/Figur
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
Pemerintah
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Swasta
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau