Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak 8.000 Tahun Aktivitas Manusia: Hewan Liar Mengecil, Hewan Ternak Membesar

Kompas.com, 3 September 2025, 19:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Menurut sebuah studi baru dari University of Montpellier di Prancis selatan, manusia telah menyebabkan hewan liar menyusut ukurannya sementara hewan ternak membesar.

Mengapa bisa demikian?

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa aktivitas manusia, seperti pembiakan selektif, memengaruhi ukuran hewan ternak. Faktor lingkungan juga diketahui berdampak pada ukuran hewan.

Namun, belum banyak yang diketahui tentang bagaimana kedua faktor ini memengaruhi ukuran hewan liar dan hewan ternak selama periode yang begitu panjang.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini berhasil mengisi celah pengetahuan tersebut.

Baca juga: Karhutla di Sumatera Picu Kematian Gajah akibat Terbakarnya Habitat

Dalam studinya, para peneliti mempelajari puluhan ribu tulang belulang hewan dari kawasan Mediterania Prancis yang berasal dari 8.000 tahun terakhir. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana ukuran kedua jenis hewan ini telah berubah seiring waktu.

Melansir Phys, Selasa (2/9/2025), para ilmuwan kemudian menganalisis lebih dari 225.000 tulang dari 311 situs arkeologi di kawasan Mediterania Prancis tersebut.

Mereka melakukan ribuan pengukuran pada tulang dan gigi, seperti panjang, lebar, dan kedalaman, dari hewan liar seperti rubah, kelinci, dan rusa, serta hewan ternak, termasuk kambing, sapi, babi, domba, dan ayam.

Namun, para peneliti tidak hanya berfokus pada tulang. Mereka juga mengumpulkan data tentang iklim, jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut, jumlah penduduk, dan kegunaan lahan.

Kemudian, dengan menggunakan pemodelan statistik yang canggih, mereka mampu melacak tren utama dan faktor-faktor pendorong di balik perubahan ukuran hewan.

Tim peneliti menemukan bahwa selama sekitar 7.000 tahun, hewan liar dan hewan ternak berevolusi di jalur yang serupa, tumbuh dan menyusut bersamaan sejalan dengan lingkungan dan aktivitas manusia.

Namun, semua itu berubah sekitar 1.000 tahun yang lalu. Ukuran tubuh mereka mulai menyimpang secara drastis, terutama selama Abad Pertengahan.

Hewan-hewan ternak mulai membesar karena secara aktif dibiakkan untuk menghasilkan lebih banyak daging dan susu.

Baca juga: BKSDA Ungkap Ada 42 Harimau Sumatera di Bengkulu, Bukti Seblat Masih Habitat Penting

Pada saat yang sama, hewan-hewan liar mulai menyusut ukurannya sebagai akibat langsung dari tekanan manusia, seperti perburuan dan hilangnya habitat.

Dengan kata lain, aktivitas manusia menggantikan faktor lingkungan sebagai kekuatan utama yang membentuk evolusi hewan.

"Hasil kami menunjukkan bahwa seleksi alam berlaku sebagai kekuatan evolusi pada morfologi hewan ternak hingga milenium terakhir," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

"Ukuran tubuh adalah indikator sensitif dari perubahan sistemik, yang mengungkapkan ketahanan dan kerentanan dalam hubungan manusia-hewan-lingkungan yang terus berevolusi," tulis mereka lagi.

Dengan memberikan catatan sejarah jangka panjang tentang bagaimana tindakan kita memengaruhi dunia hewan, temuan ini juga dapat membantu upaya konservasi di masa kini.

Baca juga: Krisis Iklim, PLTS Berpotensi Kurangi Emisi 6 Juta Ton CO2 per Tahun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau