KOMPAS.com - Industri otomotif disorot sebagai kontributor utama polusi udara di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta.
Oleh karena itu, industri otomotif didorong untuk mengambil langkah-langkah konkret menuju keberlanjutan.
Head of Center for Sustainability Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Maria Advenita Gita Elmada mengatakan, sebelum menyusun rencana aksi menuju keberlanjutan, industri otomotif perlu memahami situasi dan permasalahannya.
"Cari datanya, kalau memang ternyata benar, jangan denial," ujar Maria dalam Kopi Darat Komunitas ESG di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Menurut Maria, industri otomotif harus melewati lima tahapan untuk mencapai keberlanjutan.
Baca juga: Nikel dan Wajah Baru Morowali, dari Tanah Leluhur ke Pusat Industri Dunia
Pertama, kepatuhan terhadap regulasi. Industri otomotif harus mematuhi semua aturan yang berlaku, termasuk terkait emisi dan standar lingkungan.
Kedua, compliance. Industri otomotif perlu mengidentifikasi bagaimana langkah-langkah keberlanjutan dapat memberikan manfaat bagi bisnis mereka. Misalnya, penghematan biaya operasional dengan efisiensi energi.
"Hemat LED, hemat listrik, dan lain-lain, itu bisa menjadi business center. Lalu, mungkin benefit langsung ke bisnis supaya meyakinkan ke stakeholder bahwa ini profitable," tutur Maria.
Ketiga, systemic atau mengintegrasikan aspek people, profit, dan planet. Industri otomotif perlu membuat roadmap untuk menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) agar lebih terarah. Sebaiknya, sasaran CSR atau TJSL adalah orang-orang yang paling terdampak aktivitas industri otomotif.
Keempat, regenerative. Industri otomotif perlu mengakui dampak negatif dari kegiatan mereka dan memperbaiki kesalahan.
Kelima, evolutionary. Dalam tahapan terberat ini, industri otomotif harus menyesuaikan diri dengan alam dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat, tetapi tetap bisa menjaga stabilitas ekonominya.
"Kalau berdasarkan riset terakhir saya, belum ada company di Indonesia yang sudah sampai ke tahapan sana," ucapnya.
Maria menegaskan, solusi dari permasalahan industri otomotif bukan menghentikan produksi yang justru meningkatkan jumlah pengangguran, tetapi merumuskan kelima strategi tersebut untuk mengurangi dampak negatifnya.
Baca juga: Dari Norwegia ke India, Industri Semen Tangkap Karbon untuk Jawab Tantangan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya