Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim, DBD Merebak, Ada 4,6 Juta Tambahan Kasus per Tahun

Kompas.com, 12 September 2025, 17:33 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suhu yang lebih tinggi akibat perubahan iklim menyebabkan peningkatan infeksi dengue di seluruh Asia dan Amerika.

Hal itu terungkap dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Studi tersebut menyatakan bahwa perubahan iklim bertanggung jawab atas sekitar 18 persen kasus dengue di 21 negara di Asia dan Amerika antara tahun 1995 dan 2014.

Dengue, yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti adalah penyakit yang ditularkan nyamuk.

Penyakit ini menimbulkan gejala seperti flu dan demam. Dalam kasus parah, dengue dapat berakibat fatal dengan gejala pendarahan dan kegagalan organ.

Melansir Down to Earth, Kamis (11/9/2025), studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa kenaikan suhu dan pola curah hujan yang tidak menentu akan menyebabkan nyamuk Aedes aegypti memperluas habitatnya ke daerah-daerah yang sebelumnya bukan endemik.

Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Kesehatan Ibu Hamil

Studi-studi tersebut memproyeksikan adanya peningkatan 25 persen dalam penyebaran dengue pada tahun 2050, terutama di Asia Tenggara, Afrika Sub-Sahara, dan beberapa bagian Amerika Selatan.

Namun, dalam penelitian baru ini merupakan pertama kalinya para ilmuwan memberikan bukti langsung bahwa iklim yang memanas berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus dengue.

Para ilmuwan menyebutkan bahwa kasus-kasus ini berarti ada lebih dari 4,6 juta insiden dengue tambahan setiap tahunnya.

Mereka menambahkan, angka-angka ini merupakan perkiraan terendah (konservatif) karena belum mencakup wilayah-wilayah di mana infeksi terjadi sesekali atau laporannya kurang lengkap.

Para ilmuwan juga tidak menyertakan wilayah endemik yang besar, seperti India atau Afrika, di mana data rinci kurang atau tidak tersedia untuk publik.

Penelitian tersebut memperingatkan bahwa kasus dengue bisa melonjak lagi sebesar 49 persen hingga 76 persen pada pertengahan abad ini.

Kenaikan tersebut bergantung pada berbagai skenario pemanasan iklim dan tingkat emisi gas rumah kaca.

"Pada proyeksi tertinggi, angka kejadian dengue akan meningkat lebih dari dua kali lipat di banyak lokasi yang lebih dingin. Wilayah-wilayah ini, yang termasuk dalam negara-negara yang diteliti, sudah menjadi rumah bagi lebih dari 260 juta orang," kata para peneliti.

“Dampak suhu jauh lebih besar dari yang saya perkirakan. Bahkan perubahan suhu yang kecil pun dapat berdampak besar terhadap penularan demam berdarah, dan kita sudah melihat jejak pemanasan iklim,” ujar Marissa Childs, penulis utama dan asisten profesor kesehatan lingkungan di University of Washington.

Baca juga: Panas dan Kelembaban Ekstrem Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
BUMN
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
LSM/Figur
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Pemerintah
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
LSM/Figur
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
LSM/Figur
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Swasta
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
LSM/Figur
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
LSM/Figur
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Pemerintah
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Pemerintah
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
LSM/Figur
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
Pemerintah
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau