KOMPAS.com - Mikroba yang meliputi bakteri, virus, jamur, alga dan archaea (mikroorganisme bersel tunggal dengan struktur mirip bakteri) meski tak terlihat oleh mata manusia, ternyata memainkan peran sangat besar.
Mereka membentuk ekosistem, menghasilkan makanan, dan mengatur penyakit.
Namun meski penting, Profesor Chris Greening, Wakil Ketua kelompok bidang Aksi Iklim dari Biomedicine Discovery Institute Monash University, mengatakan tidak ada upaya konservasi global hingga saat ini terhadap kehidupan mikroba tersebut.
Ini mengapa Kelompok Spesialis Konservasi Mikroba dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) berinisiatif untuk menilai dan memprioritaskan mikroba yang memerlukan konservasi.
Kelompok pertama yang dibentuk untuk melestarikan mikroba ini dibentuk Juli lalu.
Baca juga: Pembakaran Sisa Tanaman Rusak Keanekaragaman Hayati Mikroba
Kelompok akan mengembangkan kriteria Daftar Merah khusus untuk mikroba. Daftar Merah adalah sistem yang diakui secara global oleh IUCN untuk mengklasifikasikan spesies yang berisiko tinggi punah.
Kelompok ini juga akan memetakan proyek-proyek konservasi mikroba yang sudah ada, seperti perlindungan karang dengan bantuan mikroba dan restorasi mikrobioma tanah.
"Kebanyakan orang memiliki pandangan yang sepenuhnya negatif terhadap mikroba, yaitu sebagai patogen (agen penyebab penyakit). Padahal kita bergantung pada mereka untuk hampir setiap aspek kehidupan," terang Profesor Greening, dikutip dari Phys, Senin (15/9/2025).
Mikroba adalah bentuk kehidupan pertama dan nenek moyang kita yang sangat jauh. Mereka juga alasan mengapa planet kita layak dihuni.
Mereka membentuk tanah, mengurai limbah kita, menjadi dasar produksi makanan, dan membuat obat-obatan kita.
Jadi dengan melindungi dan memanfaatkannya dengan lebih baik, artinya juga dapat menjaga masa depan kita.
Lebih lanjut, tugas kelompok konservasi ini meliputi penilaian bagaimana perubahan iklim berdampak pada mikroba dan layanan yang mereka berikan pada manusia.
Profesor Greening memberikan contoh pemutihan karang sebagai kasus mikroba yang terancam punah.
Baca juga: Mikroba Jadi Solusi Alami untuk Laut Tercemar Tumpahan Minyak
"Karang sangat bergantung pada kerja sama dengan Symbiodinium, mikroba fotosintetik yang memasok sebagian besar energi mereka. Terumbu karang yang terbentuk dari kerja sama ini memberikan manfaat tak terhitung, mulai dari perikanan, perlindungan pantai, hingga mendukung pariwasiata dan keanekaragaman hayati," ujarnya.
Pemanasan global mengganggu hubungan simbiosis ini, mengakibatkan hilangnya mikroba, pemutihan, dan kematian karang. Inilah alasan mengapa Great Barrier Reef hancur.
Karena sebagian besar kerusakan sudah tidak dapat dihindari, harapan terbaik untuk pemulihan dan ketahanan ekosistem karang kini berada pada solusi yang berbasis mikroba.
Aktivitas manusia juga dapat menyebabkan pergeseran dari mikroba yang bermanfaat menjadi mikroba yang berbahaya.
Ledakan alga di Australia Selatan saat ini hanyalah satu contoh dari kehancuran yang terjadi ketika kita mengganggu mikroba.
Melalui IUCN, Profesor Greening juga akan mempertimbangkan bagaimana kita bisa memanfaatkan mikroba untuk mengatasi isu iklim. Hal ini didasari oleh fakta bahwa banyak mikroba secara alami dapat menghilangkan gas rumah kaca dan bahkan mengubahnya menjadi produk yang bermanfaat.
"Pengolahan air limbah adalah contoh bagus tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan mikroba dalam skala besar untuk kesehatan dan lingkungan kita. Mikroba juga merupakan fondasi bagi berkembangnya bioekonomi bernilai triliunan dolar," paparnya.
Baca juga: Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya