KOMPAS.com — Pencemaran laut akibat tumpahan minyak terus menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut Indonesia.
Dalam upaya mencari solusi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, pendekatan bioremediasi atau pemulihan berbasis mikroorganisme laut mulai dikembangkan sebagai alternatif dari penggunaan bahan kimia.
Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lies Indah Sutiknowati, menjelaskan bahwa bioremediasi menggunakan mikroba menawarkan pendekatan alami dalam menangani pencemaran minyak di laut, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia.
“Bakteri seperti Thalassospira lucentensis punya potensi besar untuk membantu pulihkan laut yang tercemar, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Dengan mendegradasi atau menghilangkan pencemaran memang paling baik menggunakan mikroba, bukan dengan bahan kimia,” ujar Lies sebagaimana dikutip di laman BRIN, Selasa (29/7/2025).
Dalam penelitiannya, Lies mengungkap hasil studi isolasi dan karakterisasi mikroba laut tropis yang mampu mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Salah satu metode yang digunakan adalah simulator pantai buatan menyerupai akuarium, eksperimen ini dinilai berhasil menguji efektivitas mikroba dalam mengurai minyak mentah jenis Arabian Light.
Baca juga: Nelayan Jakarta Utara Hadapi Pencemaran Laut akibat Limbah Industri
Dari uji tersebut ditemukan dua jenis utama bakteri pendegradasi, bakteri cepat tumbuh dalam kurun waktu 7 hari seperti Alcanivorax borkumensis yang dapat mengurai hingga 70 persen minyak, serta bakteri lambat tumbuh seperti Thalassospira lucentensis dan Curtobacterium citreum yang berkembang dalam waktu 21 hari.
Lies mengatakan, meski pertumbuhannya lebih lambat, jenis Thalassospira sp. strain 1-1B unggul dalam bertahan pada suhu laut tropis hingga 32 derajat Celcius dan mampu mengurai senyawa minyak dari yang ringan hingga yang lebih kompleks.
Lies juga menyoroti peran unsur hara dalam mendukung pertumbuhan mikroba. Dalam eksperimen yang melibatkan pemberian pupuk nitrogen (N) dan fosfor (P), hasil menunjukkan bahwa pupuk dapat meningkatkan keragaman mikroba dan mempercepat proses degradasi minyak.
“Pupuk dapat merangsang pertumbuhan komunitas bakteri tertentu, khususnya setelah hari ke-90,” ujar Lies.
Hal ini menunjukkan adanya peluang manipulasi lingkungan mikro untuk mengoptimalkan proses pembersihan laut.
Temuan ini, menurut Lies memperlihatkan bahwa solusi atas pencemaran laut bisa datang dari alam itu sendiri.
Baca juga: Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar
Mikroba laut, yang secara alami hidup di perairan tropis, terbukti mampu menjadi bagian dari sistem pemulihan ekologis secara berkelanjutan.
“Dengan dukungan teknologi dan riset berkelanjutan, bakteri laut bisa menjadi pahlawan tak terlihat dalam menjaga laut Indonesia tetap bersih dan sehat,” kata Lies.
Riset ini menjadi salah satu kontribusi BRIN dalam menghadirkan solusi berbasis alam (nature-based solution) untuk menjawab tantangan lingkungan global.
Dengan mendayagunakan potensi mikroorganisme lokal, pendekatan ini membuka jalan bagi pemulihan laut yang berkelanjutan, tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga bagi ekosistem global yang lebih sehat.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya