Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Pangkas PDB Per Kapita Global Hingga 24 Persen pada 2100

Kompas.com, 25 September 2025, 19:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Climate oleh Kamiar Mohaddes dan Mehdi Raissi dari climaTRACES Lab di Universitas Cambridge mengungkapkan hampir seperempat dari PDB per kapita global bisa hilang pada tahun 2100 jika perubahan iklim terus memburuk tanpa terkendali.

Perubahan iklim secara luas dikaitkan dengan penurunan aktivitas ekonomi.

Namun, karena adanya perbedaan metodologi dalam pemodelan iklim, perkiraan mengenai alasan dan sejauh mana penurunan itu terjadi sangat bervariasi.

Dalam studi ini, seperti dikutip dari Phys, Rabu (24/9/2025), Mohaddes dan Raissi meneliti dampak kenaikan suhu yang terus-menerus di atas normal dari tahun 2015–2100 terhadap kerugian PDB per kapita tahunan di 174 negara.

Baca juga: Potensi Ekonomi Sirkular Tuna Rp 10 Triliun, Buka Banyak Lapangan Kerja

Para peneliti menggunakan proyeksi suhu masa depan dari Panel Internasional tentang Perubahan Iklim, yang memperhitungkan laju kenaikan suhu, tingkat variabilitas iklim, serta upaya mitigasi dan adaptasi yang berbeda.

Mereka kemudian membandingkan proyeksi masa depan ini dengan dua skenario dasar yakni skenario di mana kenaikan suhu mirip dengan tahun 1960–2014 dan skenario ideal di mana tidak ada kenaikan suhu lebih lanjut.

Para peneliti menemukan bahwa jika suhu terus meningkat sebesar 0,04 derajat C per tahun dengan sedikit upaya mitigasi atau adaptasi, PDB per kapita global bisa turun sebesar 10–11 persen pada tahun 2100.

Dalam skenario emisi paling ekstrem, para peneliti memproyeksikan kerugian pendapatan per kapita sebesar 20–24 persen dibandingkan dengan skenario "tanpa pemanasan lebih lanjut".

Para peneliti juga mencatat adanya variasi antar negara, di mana negara-negara yang lebih panas dan berpenghasilan rendah mungkin akan menghadapi kerugian ekonomi 30–60 persen lebih tinggi dari rata-rata global.

Meskipun protokol adaptasi tidak bisa sepenuhnya menghilangkan dampak perubahan iklim, Mohaddes dan Raissi mengakui pengaruhnya dalam mengurangi dampak tersebut.

Lebih lanjut, mereka menemukan bahwa mematuhi tujuan Perjanjian Paris 2015 yaitu membatasi kenaikan suhu menjadi 0,01 derajat C per tahun menghasilkan keuntungan pendapatan global sekitar 0,25 persen dibandingkan dengan skenario pertama di mana kenaikan suhu meniru tren tahun 1960–2014.

Baca juga: Badan PBB Ingatkan Perubahan Iklim Bakal Terus Picu Banjir dan Badai

Studi di masa depan mungkin dapat mengarahkan pada strategi adaptasi dan mitigasi yang lebih spesifik untuk setiap negara.

Peneliti menambahkan sebelumnya, kurang dari satu dekade, sebagian besar ekonom akan berpendapat bahwa perubahan iklim adalah sesuatu yang hanya perlu dikhawatirkan oleh negara-negara yang lebih panas dan berada di belahan selatan.

Namun penelitian ini telah menantang asumsi tersebut. Studi menunjukkan bahwa perubahan iklim menurunkan pendapatan di semua negara, baik yang panas maupun dingin, kaya maupun miskin.

Perubahan iklim juga akan berdampak pada industri yang beragam, mulai dari transportasi, manufaktur, dan ritel, bukan hanya pertanian dan sektor lain yang biasa dikaitkan dengan alam.

"Tidak ada negara yang kebal dari dampak perubahan iklim jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi. Tindakan segera diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim dan melindungi perekonomian dari kerugian pendapatan lebih lanjut," simpul para peneliti.

Baca juga: Transisi Energi Inkonsisten, Komitmen Iklim Indonesia Dipertanyakan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau