Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
CERITA LESTARI

19 Tahun Perjalanan Himalaya Hill, dari Lahan Tambang Tandus Jadi Arboretum Hijau

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 17:13 WIB
HTRMN,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Beberapa fauna yang teridentifikasi, antara lain monyet digo (Maccaca ochreata), Kangkareng Sulawesi, Kadalan Sulawesi, Elang ular Sulawesi, babi hutan Sulawesi dan Rusa Timur.

Head of Mine Operation Head of Mine Operation Sorowako PT Vale Indonesia Mohamad Iqbal Al Farobi menuturkan, Himalaya Hill merupakan area pascatambang yang mulai direklamasi pada 2005–2006 dan kini ditetapkan sebagai kawasan arboretum (area konservasi).

Setelah hampir 19 tahun, indikator keberhasilan makin terlihat. Indikator tersebut di antaranya tumbuhan dasar kembali ditemukan, anakan pohon tumbuh alami, dan fauna mulai kembali.

Keberadaan anakan pohon, menurut Iqbal, menjadi salah satu parameter penting karena menandakan siklus ekologi sudah berjalan mandiri.

Baca juga: Vale Bakal Luncurkan Program Intervensi Stunting di Tujuh Provinsi

“Kondisi itu menunjukkan, secara ekologi, area reklamasi sudah berfungsi—minimal mendekati kondisi alaminya,” ucapnya.

Iqbal juga menambahkan bahwa arboretum tidak hanya berfungsi sebagai kawasan konservasi, tetapi juga sumber bibit untuk memperkuat keanekaragaman spesies di masa depan.

Selain satwa, pemulihan ekosistem di Himalaya Hill juga ditandai dengan ketersediaan pakan alami. Pohon Ficus septica atau awar-awar, misalnya, menghasilkan buah mirip tin liar yang menjadi sumber makanan bagi burung dan primata.

Kehadiran tanaman endemik seperti Pericopsis mooniana (kayu kuku) dari Kolaka, Sulawesi Tenggara, serta eboni dan agathis atau damar turut memperkaya habitat dan memberi ruang bagi spesies satwa yang lebih sensitif. Selain itu berbagai spesies multi purpose tree species (MPTS) juga menambah kekayaan hayati area arboretum himalaya.

Baca juga: Pertamina dan Vale Indonesia Kolaborasi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Lapisan vegetasi yang kini terbentuk, mulai dari pakis di strata bawah, perdu, hingga pohon tiang dan pancang, menciptakan hutan dengan struktur berlapis. Kondisi ini menyediakan perlindungan, tempat bersarang, dan sumber pakan beragam, sehingga mendorong kembalinya satwa endemik Sulawesi ke kawasan ini.

Lebih dari sekadar reklamasi, PT Vale juga berupaya menciptakan nilai berkelanjutan bagi masyarakat lokal melalui program-program agroforestri. Meskipun area arboretum di dalam konsesi masih belum terbuka untuk umum, perusahaan telah menyiapkan peta jalan untuk pengembangan agroforestri di lahan yang berbatasan langsung dengan komunitas.

Program ini bertujuan untuk mengintegrasikan kegiatan kehutanan dengan pertanian sehingga masyarakat dapat memanen hasil non-kayu seperti buah-buahan, rempah-rempah, atau komoditas lainnya.

Rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS)

Selain fokus pada reklamasi lahan pascatambang, PT Vale juga menjalankan program rehabilitasi di area Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di luar area Konsesi Perusahaan. Program ini bertujuan untuk memulihkan, memperbaiki, serta meningkatkan fungsi DAS, yang tak hanya penting untuk penyerapan karbon, tetapi juga untuk pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.

Baca juga: Kontribusi Vale Intervensi Stunting di Kabupaten Bandung

Hingga April 2025, program rehabilitasi DAS telah mencakup lahan seluas 33.306 hektare. Dari total area tersebut, 17.746 hektare telah ditanami lebih dari 12,7 juta pohon. Penanaman ini tersebar di 17 kabupaten di Sulawesi Selatan, di mana lebih dari 10 juta bibit tertanam dengan melibatkan sekitar 1.500 masyarakat lokal.

Program ini juga menjangkau wilayah lain, seperti 4 kabupaten di Sulawesi Tengah dengan penanaman 1,2 juta bibit dan partisipasi 300 masyarakat, serta 6 kabupaten di Sulawesi Tenggara di mana 82.000 bibit telah ditanam dengan bantuan 300 masyarakat lokal.

Di luar Sulawesi, program ini juga hadir di 3 kabupaten di Jawa Barat dan 2 kabupaten di Bali. Masing-masing wilayah tersebut berhasil menanam 244.000 bibit dan 160.000 bibit, dengan keterlibatan 100 masyarakat lokal di setiap wilayah.

Jenis tanaman yang digunakan sangat beragam, mulai dari jenis kayu-kayuan, seperti beringin, bitti, cemara laut, cempaka, cendana, eucalyptus, gmelina, jabon, jati lokal, kayu Afrika, kayu angin, mahoni, nyatoh, pinus, pulai, puspa, santen, suren, sengon, dan uru.

Selain itu, terdapat pula jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan MPTS yang memiliki manfaat ekonomi, seperti alpukat, aren, asam jawa, cempedak, damar, duku, durian, jambu mete, jengkol, kayu manis, kemiri, langsat, lengkeng, mangga, manggis, nangka, pala, petai, rambutan, dan sukun.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau