Penanaman yang dilakukan harus sesuai dengan rasio minimal 60 persen pohon pionir atau fast grow dan 40 persen tanaman endemik atau lokal. Setelah penataan lahan serta fasilitas pengendali erosi dan sedimentasi selesai, bibit pohon mulai ditanam. Bibit yang digunakan memiliki tinggi minimal 40 cm.
Pada fase awal, PT Vale menanam pohon pionir, seperti sengon, kayu angin, bitti, makaranga, ekaliptus, serta berbagai jenis ficus. Pohon-pohon ini berfungsi sebagai tanaman perintis untuk menciptakan naungan atau kanopi yang diperlukan oleh jenis pohon lain yang sensitif terhadap sinar matahari langsung serta mampu menciptakan iklim mikro awal.
Baca juga: Vale Indonesia (INCO) Bidik Produksi Nikel Matte 71.234 Ton, Saham Menguat
Seiring waktu, kanopi yang terbentuk menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk dan lembap. Suhu yang semula bisa mencapai 34 derajat Celsius pada siang hari, kini stabil di kisaran 25–26 derajat Celsius.
Kondisi tersebut memungkinkan terbentuknya siklus biomassa baru. Sebagai contoh, daun-daun yang rontok akan terurai dan menambah nutrisi tanah, diikuti dengan munculnya serangga dan cacing.
“Setelah itu, burung-burung mulai singgah, membawa berbagai benih, sehingga tanaman introduksi dan tanaman endemik yang lebih sensitif pun dapat tumbuh,” tutur Charles.
Untuk menjaga nutrisi tanah, PT Vale menggunakan dua metode, yaitu direct spreading dan topsoil bank.
Baca juga: Lalu Lalang Kukang di Arboretum Busang, Bukti Keberhasilan Restorasi Alam
"Kami memiliki dua metode. Pertama, direct spreading. Jadi, kami membuat konsep topsoil pada saat awal pembukaan lahan (land clearing). Kemudian, sekuen area di sebelahnya atau area lain yang berdekatan, kami lakukan reklamasi. Jadi, begitu area ini dibuka, langsung kami bawa ke sini dan tebar," terang Charles.
Metode kedua yang diterapkan adalah topsoil bank. Jika sekuensinya tidak memungkinkan, tanah subur akan disimpan di beberapa titik terdekat, lalu tumpukan tersebut ditutup dengan tanaman rumput-rumputan (cover cropping) agar tidak tererosi.
“Kami menjaga agar unsur hara di tanah tetap tersimpan dengan baik,” lanjutnya.
Pohon bitti yang ditanam di Himalaya Hill memiliki makna khusus. Pohon ini dikenal tangguh dan sering digunakan oleh orang-orang suku Makassar, Bugis, dan Mandar untuk bahan baku pembuatan kapal pinisi pada tempo dulu.
Baca juga: Menitip Asa Masa Depan Tambang Berkelanjutan Vale Indonesia di Danau Matano
Sementara pohon eboni, salah satu spesies endemik Sulawesi yang menjadi fokus konservasi, memiliki tantangan tersendiri dalam pertumbuhannya.
“Eboni itu tumbuhnya lambat sekali. Jenis eboni (kayu hitam) sudah masuk kategori vulnerable sampai endangered berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN),” ucap Charles.
Berdasarkan pengalamannya, eboni bisa membutuhkan waktu puluhan tahun tahun untuk tumbuh dan batang kayu membesar. Namun, di Himalaya Hill, eboni yang berusia 15 tahun sudah memiliki batang yang sangat lurus dan cukup besar.
Selain eboni, PT Vale juga mengkonservasi spesies endemik lain seperti Agathis Sulawesi (kayu damar) dan kayukuku (endemik Kolaka), betao, kayu uru, gaharu, kayu manis (Alinge), nyatoh serta beberapa jenis lainnya.
Baca juga: Vale Dukung Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali
Konservasi yang dilakukan di area reklamasi PT Vale Indonesia ini telah berhasil menumbuhkan kembali lebih dari 80.000 pohon eboni dengan jumlah pohon yang telah ditanam sejak awal mula operasi lebih dari 5 juta pohon.
Saat ini, hutan reklamasi di Himalaya Hill telah membentuk tiga strata berbeda. Strata pertama adalah tanaman bawah, seperti pakis, yang menjadi indikator keberhasilan ekosistem.
Sementara strata kedua merujuk pada tumbuhan perdu dan strata ketiga adalah tanaman tiang dan pancang yang telah tumbuh kokoh menciptakan tutupan tajuk lebih dari 60 persen.
Keberhasilan ini membuat area reklamasi PT Vale dinilai 100 persen oleh tim Kementerian ESDM pada 2019. Tutupan tajuk yang rapat ini juga menarik kembali berbagai fauna endemik Sulawesi ke Himalaya Hill.
Baca juga: Mengenal Teknologi HPAL Vale Indonesia untuk Produksi Bahan Baterai Kendaraan Listrik
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya