KOMPAS.com - Selama setahun setengah mengajar muatan lokal (mulok), guru SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, Gino mengaku kesulitan mencari bahan ajar yang sesuai untuk murid SMP.
Kesulitas tertutama dialami ketika mencari buku-buku referensi tentang bahasa Dayak Ngaju. Padahal, bahan ajar mulok untuk SD, dari kelas 1-6 mudah didapat.
Meski telah mencari ke perpustakaan daerah dan menanyakan ke guru mulok lain dari SMP Negeri 3 Kapuas Tengah, Gino masih belum menemukan buku bahan ajar yang pas.
"Enggak ada sampai sekarang. Kebetulan istri saya mengajar di SMP Negeri 3 Kapuas Tengah, saya tanya, ternyata di sana juga enggak ada buku," kata Gino.
Guru itu mengajar dengan menyanyikan lagu bahasa Dayak. Kan itu masuknya malah (mata pelajaran) seni budaya dan kesenian," ujar urainya di Kapuas, Selasa (30/9/2025).
Gino mengandalkan kamus tingkat tutur yang sebenarnya hanya glosarium sederhana dalam buku tentang adat Dayak sekaligus mantan Gubernur Kalimantan Tengah, Tjilik Riwut.
Itu memuat juga dialek kuno yang digunakan oleh masyarakat adat Dayak Ngaju untuk ritual Tiwah (upacara kematian).
Gino belum memperkenalkan nama-nama tumbuhan dengan berbagai tingkatan bahasa masyarakat adat Dayak Ngaju.
Ia masih mengajarkan murid-muridnya peribahasa dan tingkatan bahasa untuk sopan santun kepada orang tua.
Selain itu, Gino berencana untuk mengekspos makanan dan kebiasaan masyarakat adat Dayak Ngaju. Misalnya, kue cucur yang dipakai sebagai sesajen dalam upacara Dayak Kaharingan.
"Seperti rebus-rebusan. Itu sama dengan kami (masyarakat adat Dayak) yang di Desa Marapit (Kapuas Tengah) karena masih satu sungai. Lalu, ubi kayu, nginang, kue cucur. Itu sakral Basarah-nya, mereka beribadah (dengan) menggunakan kue cucur," tutur Gino.
Gino mengajar muatan lokal untuk kelas 8 pada hari Senin. Sedangkan hari Selasa untuk kelas 7 dan kelas 9 pada hari Rabu. Semua mata pelajaran mulok dijadwalkan mulai pukul 12.10 WIB.
Baca juga: Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Ia berharap jadwal mata pelajaran seluruh kelas dapat diperbaharui, dengan meleburkan jam untuk mulok di dalamnya. Hingga saat ini, mata pelajaran mulok ditempatkan di luar jadwal pelajaran di SMP Negeri 4 Kapuas. Imbasnya, murid sulit berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran mulok.
Saya masih mengajar mulok di suatu kelas, murid-murid kelas lain sudah pulang. Susah (mengajarkan ke murid-murid) kalau kawan-kawannya sudah pulang. Makanya, aku bilang ini masuk ke dalam saja biar mereka (murid-murid) tuh lebih semangat (belajar mulok). Kalau sudah pukul 12.00 (WIB) ke atas ya susah konsentrasi mereka," ucapnya.
Menurut Gino, guru dari masyarakat adat Dayak Ngaju yang kompeten mengajarkan mulok sangat langka. Ia merupakan lulusan teknologi pendidikan, sehingga juga mengajarkan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) di SMP Negeri 4 Kapuas Tengah.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya