Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaltim Bisa Keluar dari Ekonomi Minyak dan Batu Bara, Masa Depan Hijau Sudah Terlihat

Kompas.com, 14 Oktober 2025, 09:20 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kalimantan Timur berpotensi menjadi beranda depan untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan pusat industri hijau berkelanjutan.

Namun, mewujudkan hal ini tidaklah mudah karena transisi energi membutuhkan pengelolaan pada sisi permintaan (demand) yang baik sekaligus memastikan ketersediaan pasokan (supply).

Dari sisi pasokan, Kaltim memiliki potensi energi primer atau bersumber dari alam (EBT dan non-EBT) yang mencapai 400 gigawatt (GW). Sementara dari sisi permintaan, Kaltim bisa mengembangkan pusat industri berat yang haus energi.

Di sisi lain, pengembangan pembangkit listrik EBT sebagai bagian dari transisi energi di Kaltim memiliki beberapa kendala.

Pertama, ketergantungan ekonomi terhadap kegiatan penambangan dan ekspor batu bara. Kedua, keterbatasan infrastruktur dan jaringan listrik untuk EBT. Ketiga, kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati akibat pertambangan. Keempat, ketidakpastian kebijakan dan kurangnya insentif yang mendukung. Kelima, kesenjangan keterampilan dan rendahnya partisipasi masyarakat.

Menurut Deputi Bidang Infrastruktur Kementerian PPN/Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris, Sumatera Utara yang membangun pembangkit listrik terintegrasi dengan kawasan pelabuhan dan industri peleburan menjadi contoh praktik terbaik yang bisa ditiru Kaltim.

Baca juga: IESR Desak Reformasi Pengadaan EBT, Lancarkan Transisi Energi yang Tersendat

"Kaltim dapat menggabungkan sumber energi berbeda dari batu bara dan air untuk dijadikan tulang punggung pembangunan," ujar Malik dalam webinar, Selasa (14/10/2025).

Berdasarkan data Bappenas, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Kaltim memiliki potensi mencapai 1.282 megawatt (MW). Sedangkan potensi lainnya adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kaltim dengan 450 MW dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hanya 17 MW.

Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, mengakui sektor migas dan pertambangan mineral masih menjadi tulang punggu perekonomian Kaltim.

Namun, ketergantungan terhadap sumber daya alam (SDA) berkurang secara bertahap seiring dengan meningkatnya kontribusi sektor lain, terutama industri pengolahan.

Selain itu, peralihan dari sektor migas dan pertambangan mineral ke industri hijau berkelanjutan di Kaltim telah dicanangkan sejak 15 tahun lalu.

"Dua gubernur yang sebelumnya sudah mencanangkan program Kaltim Hijau. Dari program itu diturunkan ke RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), kemudian ke Renstra (Rencana Strategis), sehingga yang berkaitan dengan aktivitas ramah lingkungan itu sudah berjalan," tutur Sri.

Salah satu aktivitas ekonomi ramah lingkungan di Kaltim adalah program Forest Carbon Facilities Carbon Fund (FCPF) untuk mendapatkan keuntungan dari pengurangan emisi CO2.

Lewat kerja sama dengan Bank Dunia, FCPF meraup 110 juta dolar AS. Setelah program FCPF berakhir tahun ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim tetap akan melakukan perdagangan karbon dengan menggaet sektor swasta.

"Kebetulan kami punya akses kurang lebih 4 juta karbon dan sudah banyak peminatnya yang mau transaksi, tapi dengan rate yang berbeda-beda, ada dari Amazon, juga ada dari Uni Eropa," ucapnya.

Selain perdagangan karbon, Pemprov Kaltim melirik potensi energi baru terbarukan (EBT) dari proyek pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Kata dia, sudah ada 15 investor yang tertarik membangun proyek PLTSa di Balikpapan.

"Masalahnya, ada perusahaan menginginkan produksi 1.000 ton per hari. Sedangkan kapasitas di Balikpapan hanya 600 ton. Perusahaan lain hanya mampu 600 ton saja untuk menghasilkan energi. Dalam waktu dekat, kami akan mengumpulkan Kota Samarinda, Balikpapan, Kutai Kertanegara agar kerja sama antar daerah ini dapat memperkuat investasi pengelolaan sampah, sehingga Balikpapan tidak sendiri," ujar Sri.

Baca juga: Kaltim Menuju Dunia, Sangkulirang–Mangkalihat Jadi Taman Bumi Perdana

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Purpose Market 2025, Gerakkan Ekonomi Sirkular lewat Barang Layak Guna
Purpose Market 2025, Gerakkan Ekonomi Sirkular lewat Barang Layak Guna
Swasta
Kebijakan Lingkungan Diperlakukan Secara Terpisah, Alam Jadi Taruhan
Kebijakan Lingkungan Diperlakukan Secara Terpisah, Alam Jadi Taruhan
Pemerintah
Krisis Amfibi Global, 788 Spesies dalam Bahaya Kepunahan
Krisis Amfibi Global, 788 Spesies dalam Bahaya Kepunahan
Pemerintah
BKSDA Kalimantan Selamatkan Bayi Orangutan yang Dipelihara di Area Tambang
BKSDA Kalimantan Selamatkan Bayi Orangutan yang Dipelihara di Area Tambang
Pemerintah
Potensi Panas Bumi RI Capai 2.160 GW, Infrastruktur PLTU Dapat Dialihfungsikan untuk PLTP
Potensi Panas Bumi RI Capai 2.160 GW, Infrastruktur PLTU Dapat Dialihfungsikan untuk PLTP
LSM/Figur
IESR: Pembatasan PLTU Baru Harus Diimbangi Pemanfaatan EBT
IESR: Pembatasan PLTU Baru Harus Diimbangi Pemanfaatan EBT
LSM/Figur
Mahasiswa Sulap Sampah Jadi Karya Seni sebagai Pengingat Jaga Lingkungan
Mahasiswa Sulap Sampah Jadi Karya Seni sebagai Pengingat Jaga Lingkungan
LSM/Figur
RI Bergantung Infrastruktur Informal untuk Pengumpulan Sampah
RI Bergantung Infrastruktur Informal untuk Pengumpulan Sampah
LSM/Figur
Urgensi Moratorium Izin Tambang di Kalimantan
Urgensi Moratorium Izin Tambang di Kalimantan
Pemerintah
Studi Sebut Bahasa Iklim PBB Kikis Kepercayaan Publik terhadap Sains
Studi Sebut Bahasa Iklim PBB Kikis Kepercayaan Publik terhadap Sains
Pemerintah
Lahan Pertanian Bisa Jadi Kunci Melawan Perubahan Iklim
Lahan Pertanian Bisa Jadi Kunci Melawan Perubahan Iklim
Pemerintah
494 Karton Udang PT Bahari Makmur Sejati Dimusnahkan Usai Terkontaminasi Cs-137
494 Karton Udang PT Bahari Makmur Sejati Dimusnahkan Usai Terkontaminasi Cs-137
Pemerintah
Pertamina Salurkan Bantuan untukUrban Farming dan Pengelolaan Sampah Senilai Rp 6,5 Miliar
Pertamina Salurkan Bantuan untukUrban Farming dan Pengelolaan Sampah Senilai Rp 6,5 Miliar
BUMN
Pengunjung Taman Mini Kini Bisa Tabung Kemasan Botol Sekali Pakai
Pengunjung Taman Mini Kini Bisa Tabung Kemasan Botol Sekali Pakai
Swasta
Studi Sebut Teknologi Digital Efektif Ajarkan Keberlanjutan Laut pada Generasi Muda
Studi Sebut Teknologi Digital Efektif Ajarkan Keberlanjutan Laut pada Generasi Muda
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau