KOMPAS.com - Dampak polusi udara jauh lebih luas daripada sekadar masalah pernapasan.
Semakin banyak bukti yang menghubungkan udara kotor tidak hanya dengan penyakit jantung dan gangguan paru-paru, tetapi juga dengan penyakit metabolik serius, termasuk resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
Kaitan antara polusi dan gangguan metabolik semakin diperjelas oleh penelitian baru dari University of Zurich dan Case Western Reserve University.
Studi ini menunjukkan cara polusi partikel halus dapat mengubah atau memengaruhi sistem metabolisme tubuh secara mendalam.
Hasil penelitian menemukan bahwa paparan jangka panjang terhadap partikel halus ini bisa mengubah fungsi lemak cokelat, yaitu organ yang bertanggung jawab membakar energi dan mengendalikan kadar gula darah. Perubahan ini mendorong tubuh menjadi rentan terhadap gangguan metabolik dan penyakit seperti diabetes.
Baca juga: PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Melansir Earth, Jumat (10/10/2025), dalam studi ini, tim peneliti fokus pada PM2.5, yaitu partikel mikroskopis di udara yang berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer. Partikel sekecil ini mampu menembus jauh ke dalam paru-paru dan berpotensi masuk ke sistem peredaran darah tubuh.
Partikel PM2.5 tersebar luas di banyak perkotaan yang berasal dari kepadatan lalu lintas, aktivitas industri, dan asap kebakaran hutan. Penelitian terbaru ini menguraikan mekanisme biologis yang menghubungkan paparan PM2.5 secara jangka panjang dengan peningkatan risiko diabetes, sekaligus mengidentifikasi target yang dapat dituju untuk tindakan pencegahan.
Peneliti mengatakan partikel halus polusi berpotensi mengubah mekanisme molekuler dalam lemak cokelat sehingga organ pembakar kalori tersebut menjadi kurang efektif dan mengalami peradangan.
Akibatnya, lemak cokelat kesulitan menjalankan fungsinya dalam mengatur kadar gula dan lemak dalam tubuh. Pergeseran ini mendorong sistem tubuh secara keseluruhan menuju resistensi insulin. Jadi, jelas udara bersih adalah kunci penting untuk kesehatan metabolik.
“Hasil riset kami memberikan penjelasan tentang mekanisme polutan lingkungan seperti PM2.5 dalam memicu resistensi insulin dan penyakit metabolik. Temuan ini juga mengarah pada target baru yang dapat dikembangkan untuk upaya pencegahan atau penanganan,” kata Francesco Paneni, ilmuwan University of Zurich.
Target intervensi tersebut terbagi menjadi dua level.
Level pertama adalah kebijakan, yaitu fokus pada upaya mengurangi paparan PM2.5 melalui standar kualitas udara yang lebih ketat, sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan, dan penanganan yang lebih baik terhadap asap kebakaran hutan.
Baca juga: Seminar Beyond Productivity, PPM Manajemen Dorong Kesehatan Mental di Ruang Kerja
Dengan menurunkan paparan PM2.5 pada tingkat populasi, beban penyakit metabolik yang dipicu oleh polusi udara diharapkan akan berkurang.
Level kedua adalah medis. Ini mencakup upaya mengembangkan metode pengobatan yang dapat melindungi program genetik lemak cokelat atau mengatur fungsi enzim HDAC9 dan KDM2B dalam situasi paparan polusi yang tidak dapat dihindari.
Pendekatan terapi seperti ini bukanlah pengganti pencegahan, tetapi dapat memitigasi atau mengurangi dampak buruk di lingkungan yang sangat tercemar.
Perlu dicatat pula, berbagai upaya gaya hidup yang diketahui dapat mengaktifkan lemak cokelat seperti olahraga teratur, tidur yang memadai, dan paparan suhu dingin yang aman juga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit metabolik.
Namun, upaya ini tidak dapat menggantikan pentingnya memiliki udara yang bersih.
“Temuan kami membantu menjelaskan bagaimana polutan lingkungan seperti PM2.5 berkontribusi pada perkembangan resistensi insulin dan penyakit metabolik. Kami juga menawarkan target baru yang potensial untuk pencegahan atau pengobatan,” pungkas Paneni.
Studi ini dipublikasikan di jurnal JCI Insight.
Baca juga: Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter Water Mist
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya