KOMPAS.com - Manager PLN UP3 Samarinda, Hendra Irawan, mengatakan terdapat ketidaksesuaian (mismatch) antara lokasi potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) di Kalimantan Timur dan pusat permintaan listrik (epicenter demand) yang berada di Kota Samarinda, Balikpapan, serta kawasan Ibu Kota Negara (IKN).
"Tantangannya terjadi mismatch. Artinya adalah potensi pembangkitnya ada di lokasi terpencil, sedangkan pusat bebannya ada di sini (jauh dari lokasi). Bagaimana cara menyalurkan dari pembangkit-pembangkit itu ke pusat beban? Itu yang menjadi tantangan kita," ujar Hendra dalam webinar, Rabu (15/10/2025).
Untuk mengatasi hal itu, PLN berencana membangun “super grid” yang akan menghubungkan lima pulau besar di Indonesia. Jika saat ini baru mencakup Jawa dan Bali, ke depan jaringan tersebut juga akan terkoneksi ke Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Jalur super grid akan menggunakan kabel laut untuk menyalurkan energi dari pembangkit ke pusat beban.
Kalimantan Timur sendiri memiliki potensi besar untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), yakni mencapai 546 megawatt (MW). Berdasarkan posisi pemasangannya, PLTS terbagi menjadi tiga jenis: rooftop, ground mounted, dan terapung.
PLTS rooftop dipasang di atap rumah, kantor, gedung, fasilitas industri, atau bangunan lain. Jenis ini efisien ruang dan dekat dengan beban listrik, tetapi kapasitasnya terbatas oleh luas atap. Sementara PLTS ground mounted dibangun di atas lahan terbuka menggunakan struktur penyangga. Keunggulannya, kapasitas besar dan perawatan mudah, namun membutuhkan lahan luas sehingga berisiko menimbulkan konflik penggunaan lahan.
Menurut Hendra, lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi PLTS ground mounted. Namun, regulasi pemanfaatan lahan tambang untuk PLTS jenis ini masih digodok pemerintah, terutama soal perizinan.
"Nanti, ini bisa ke depannya disinkronkan dengan sistem 'super grid' dari PLN," tutur Hendra.
Adapun PLTS terapung direncanakan dibangun di atas struktur apung yang diletakkan di permukaan air, seperti waduk, danau, atau kolam bekas tambang. Keunggulannya, efisien lahan, memiliki efek pendingin alami, dan mampu mengurangi penguapan air. Namun, biaya pemasangan awal tinggi, risiko kerusakan lebih besar, serta membutuhkan pemeliharaan ekstra.
Baca juga: PLN Bangun PLTS Terapung di Waduk Saguling, 24.000 Rumah Tangga Bakal Terlistriki
Ada tujuh bendungan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Kalimantan Timur yang berpotensi dikembangkan untuk PLTS terapung, yaitu Bendungan Marancang (117,46 MW), Bendungan Samboja (40,37 MW), Bendungan Lempake (27,08 MW), Bendungan Manggar (80,6 MW), Bendungan Beriwit (66,07 MW), Bendungan Sepaku Semoi (66,93 MW), Bendungan Marangkayu (51,63 MW).
"Ini ada potensi lainnya yang kami yakin, terutama dari bekas tambang ya, yang bisa dibuat PLTS terapung. Dan ini sekali lagi tantangannya bagaimana mengoneksikan nantinya PLTS-PLTS ini dalam grid yang ada di PLN, karena antara pusat beban dengan pembangkit itu kejauhan, sehingga perlu dibangun akses yang namanya transmisi," ucapnya.
Di sisi lain, PLN mulai mengembangkan PLTS berbasis baterai atau Battery Energy Storage System (BESS). Teknologi ini sudah terpasang dan beroperasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan kapasitas 20 MW. Proyek tersebut menjadi pilot project yang akan dikembangkan hingga ke pulau-pulau terluar.
"Pulau Maratua yang berbatasan dengan Filipina itu juga sudah kita bangun dan saat ini sedang tahap uji coba untuk BESS-nya. Mudah-mudahan kalau berhasil ini bisa kita implementasikan ke lokasi-lokasi lainnya yang ada di Kalimantan Timur," tutur Hendra.
Saat ini, bauran energi listrik PLN di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltara) masih didominasi oleh batu bara sebesar 62,30 persen, disusul LNG sekitar 24,59 persen, dan EBT (dari PLTS) baru 0,85 persen.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, porsi EBT di Kaltim akan meningkat signifikan dari 3,36 persen menjadi 47,42 persen. Sementara porsi LNG naik dari 27,13 persen menjadi 29,08 persen, dan batu bara ditekan dari 49 persen menjadi 20,63 persen.
"BBM yang masih menggunakan fosil itu akan kami pensiunkan, akan kami off-kan dan ditekan sedemikian rupa, sehingga terjadi penurunan dari 20,51 persen menjadi 2,87 persen," ujar Hendra.
Baca juga: Adopsi Energi Hijau, PLN Malang Ajak Pegawai hingga Pelanggan Pasang Panel Surya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya