SINGAPURA, KOMPAS.com — Pemerintah Singapura terus memperluas kerja sama lintas batas di sektor energi sebagai bagian dari upaya mencapai target emisi nol bersih pada 2050.
Menteri Tenaga Kerja Singapura Menteri Tenaga Kerja Tan See Leng menegaskan bahwa perdagangan listrik lintas batas kini menjadi pendorong transformasi sistem energi di berbagai belahan dunia, termasuk di Asia Tenggara.
Melalui Asean Power Grid, negara-negara kawasan diharapkan dapat membuka potensi energi terbarukan yang sangat besar.
Baca juga: Sumber Energi Baru Tersembunyi di Pegunungan
“Transisi energi tidak bisa dilakukan sendirian. Pemenuhan energi Singapura terhubung erat dengan negara tetangga dan mitra internasional. Masa depan kita terletak pada interkoneksi—baik melalui aliran elektron maupun molekul,” ujar Tan dalam pembukaan Singapore International Energy Week 2025, Senin (27/10/2025).
Menurut data International Energy Agency (IEA), potensi energi surya dan angin di kawasan mencapai lebih dari 20 terawatt, belum termasuk potensi dari tenaga air dan panas bumi.
“Interkoneksi akan memungkinkan kita menyeimbangkan sumber daya energi, mengandalkan tenaga angin dan air saat musim hujan, serta tenaga surya saat musim kemarau,” jelasnya.
Tan mengungkapkan, Singapura telah mencatat kemajuan signifikan dalam kerja sama energi dengan Indonesia, Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan Australia.
Dengan Indonesia, kedua negara sedang mengimplementasikan nota kesepahaman (MoU) perdagangan listrik lintas batas yang ditandatangani pada Juni tahun ini.
Ia optimistis gelombang pertama proyek impor listrik dari Indonesia akan mencapai financial close dan mulai berjalan dalam beberapa tahun ke depan.
Sementara dengan Malaysia, Singapura telah setuju untuk membeli sekitar 1 gigawatt tenaga air dari Sarawak. Langkah ini melengkapi proyek-proyek lain yang memasok tenaga surya dan angin, sehingga total kapasitas impor energi yang disetujui mencapai lebih dari 8 gigawatt.
“Selain itu, kami juga sedang mengkaji pembangunan interkonektor kedua antara Singapura dan Malaysia, yang dapat menambah kapasitas hingga dua gigawatt pada tahun 2030,” tambah Tan.
Selain listrik, Singapura juga memperkuat keterhubungan energi melalui *aliran molekul. Pemerintah tengah mengeksplorasi bio metana sebagai bahan bakar rendah karbon yang kompatibel dengan infrastruktur gas yang sudah ada.
Untuk mendorong pengembangan rantai pasok, Singapura akan membentuk regulatory sandbox dengan kapasitas hingga 300 megawatt guna mendukung adopsi biomethane oleh industri.
Di sisi lain, pemerintah negara ini juga terus mengkaji potensi hidrogen rendah karbon dan turunannya seperti amonia untuk digunakan pada pembangkit listrik, industri, dan transportasi.
"Sebuah konsorsium yang dipimpin oleh CAPL, bersama Sumitomo Corporation dan Envario, telah ditunjuk untuk melakukan studi perancangan teknik awal (*front-end engineering and design) terkait pembangkit listrik dan bunkering berbasis amonia," jelas Tan See.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya