Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan

Kompas.com - 03/11/2025, 20:17 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - INDEFmenilai, subsektor peternakan dan perikanan semestinya dapat menjadi kontribusi utama dalam mencapai target pertubuhan ekonomi 8 persen.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economic & Finance (INDEF), Rizal Taufikurahman mengungkapkan kontribusi dari sub sektor lain, seperti sistem pangan (agrifood system) berat untuk diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen pada 2029 Lewat Hilirisasi Sawit

"Sub sektor peternakan dan perikanan yang menjadi bagian dari sektor pertanian itu mesti jadi lokomotif," ujar Rizal dalam webinar beberapa hari lalu.

Untuk mencapai target nasional pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029, kata dia, sektor pertanian harus melakukan percepatan produktivitas yang substansial. P

roduktivitas tenaga kerja menjadi tantangan berat dalam meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB.

Sektor pertanian merupakan cerminan paling jelas dari fluktuasi total factor productivity (TFP) nasional. Produktivitas sektor pertanian di Indonesia tergolong rendah, tidak stabil, serta sangat bergantung pada faktor eksternal.

Menurut Rizal, dibutuhkan strategi TFP yang disertai penguatan teknologi, riset, kelembagaan, serta insentif efisiensi berkelanjutan di tingkat petani maupun agroindustri agar sektor pertanian dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

"Maka, tanpa mesin yang jelas ya target 8 persen itu menjadi (hanya) optimis, tetapi ya ragu. Jadi, mestinya ada satu mesin atau tools yang bisa menjalankan itu. Ya, tentu policy (kebijakan). Padahal, kalau dilihat stagnasi pertanian di Indonesia bukan semata karena transformasi ekonomi alami," tutur Rizal.

Menurut dia, stagnannya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB erat kaitannya dengan berbagai kebijakan pemerintah, khususnya yang berdampak pada besaran subsidi pupuk, harga dasar gabah, tarif ekspor, sampai biaya produksi.

Selain itu, kemandekan kontribusi itu juga karena produktivitas tenaga kerja sektor pertanian cenderung turun selama dekade terakhir.

Penurunan produktivitas tersebut disebabkan melambatnya modernisasi dan adopsi teknologi pertanian. Penurunan produktivitas juga disebabkan fragmentasi lahan yang semakin mengecil akibat tekanan demografis dan urbanisasi.

Baca juga: Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen

Di sisi lain, tenaga kerja sektor pertanian yang tersisa saat ini umumnya berusia tua dan berpendidikan rendah. Imbasnya, efisiensi dan output per tenaga kerja pada sektor pertanian cenderung stagnan.

Sebelumnya, peneliti Ahli Utama Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erizal Gamal mengatakan, sangat mungkin Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau