Lee menambahkan, tahun ini OAC meluncurkan White Paper on Ocean Policy atau Buku Putih Kebijakan Kelautan Nasional yang memuat visi “Kemakmuran Bersama di Laut untuk Masa Depan yang Berkelanjutan”.
Salah satu fokus utama kebijakan tersebut adalah pengelolaan sampah laut sebagai bagian penting dari upaya mewujudkan laut yang bersih dan pembangunan berkelanjutan.
“Dengan semangat itu, Taiwan mengajukan inisiatif pembentukan Indo-Pacific Maritime Debris Cooperation Platform, sebuah platform kerja sama kawasan untuk penanganan sampah laut di Indo-Pasifik,” jelas Lee.
Melalui inisiatif tersebut, Taiwan mengundang pemerintah, sektor swasta, lembaga akademik, serta organisasi non-pemerintah (NGO) di kawasan Indo-Pasifik untuk bergabung dalam upaya berbagi data, bertukar teknologi, dan mengintegrasikan sumber daya.
“Dengan begitu, seluruh pihak dapat memperkuat pengelolaan sampah laut serta mendorong penerapan ekonomi sirkular di kawasan Indo-Pasifik,” tambahnya.
Baca juga: Kurangi Sampah Laut hingga 70 Persen, Kementerian KP Gagas Program Bulan Cinta Laut
Profesor Riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, menjelaskan bahwa sampah laut dari wilayah Indonesia telah ditemukan di kawasan lain, bahkan mencapai benua Afrika.
Hal itu, menurutnya, menunjukkan bahwa persoalan sampah plastik bersifat lintas batas dan membutuhkan solusi komprehensif.
“Sampah dari Indonesia dapat ditemukan di Samudra Hindia dan mencapai wilayah Afrika. Karena itu, penanganan sampah plastik memerlukan solusi menyeluruh dari hulu ke hilir,” imbuh Reza.
Ia menegaskan bahwa sinergi multipihak merupakan faktor kunci keberhasilan pengelolaan sampah laut di Indonesia.
Reza juga menyoroti temuan anyar terkait jejak mikroplastik di berbagai wilayah laut Indonesia yang memperlihatkan betapa kompleksnya permasalahan tersebut.
Baca juga: Tahun 2025, Indonesia Targetkan Sampah Laut Berkurang hingga 70 Persen
Menurut Reza, pengelolaan plastik di Indonesia masih belum ideal.
Beberapa lembaga, seperti National Plastic Action Partnership, World Bank, dan Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN-PSL) berupaya memperkirakan jumlah plastik yang masuk ke lautan Indonesia setiap tahun yang diperkirakan berkisar antara 200.000 hingga 650.000 ton per tahun.
Sampah plastik tersebut sebagian besar berakhir di laut, menumpuk di pantai, dasar laut, atau ekosistem pesisir, seperti mangrove.
Dalam lima tahun terakhir, para nelayan bahkan melaporkan bahwa mereka sering menemukan lebih banyak plastik daripada ikan.
“Masalah plastik laut bersifat lintas batas. Hasil pemodelan kami menunjukkan, sampah dari Indonesia bisa mengalir ke Samudra Hindia, sedangkan sampah dari Thailand bisa masuk ke perairan Indonesia. Bahkan, 10 hingga 20 persen plastik dari wilayah Jakarta dan Jawa Barat dapat menyeberang ke perairan Afrika Selatan dalam waktu sekitar 14 bulan,” jelasnya.
Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup: Indonesia Negara Penghasil Sampah Laut Kedua di Dunia
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya