Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi

Kompas.com, 12 November 2025, 19:39 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal PLOS Climate mengungkap situs web yang dibuat untuk konferensi lingkungan seperti COP menghasilkan karbon hingga 10 kali lebih banyak dari rata-rata halaman internet.

Menjelang berlangsungnya COP30, peneliti telah mengungkapkan peningkatan tajam emisi karbon yang dihasilkan oleh situs web tersebut dari waktu ke waktu.

Analisis menunjukkan bahwa antara tahun 1995, ketika COP pertama kali diadakan, hingga tahun 2024, emisi rata-rata dari situs web konferensi COP telah meningkat lebih dari 13.000 persen.

Melansir Phys, Senin (10/11/2025), meski peningkatan tersebut sebagian merupakan konsekuensi dari pertumbuhan pesat saya komputasi dan penggunaan internet, jejak karbon situs COP masih jauh lebih tinggi daripada halaman rata-rata web.

Sebagai informasi internet saat ini menyumbang hingga 3 persen dari seluruh emisi.

Baca juga: Pencarian Gambar di Internet Dipengaruhi oleh Pandangan tentang Perubahan Iklim

Dalam studinya, peneliti dari Universitas Edinburgh menganalisis data arsip web untuk menilai perubahan jejak karbon situs web COP selama periode 30 tahun.

Temuan mereka menunjukkan bahwa emisi tetap relatif rendah hingga COP14 pada tahun 2008, dengan situs web memancarkan setara dengan 0,02 gram karbon per tampilan halaman.

Namun, sejak COP15 dan seterusnya, emisi meningkat tajam, dengan rata-rata halaman web menghasilkan setara dengan lebih dari 2,4 gram karbon per kunjungan, dengan beberapa halaman memancarkan jauh lebih banyak.

Sebagai perbandingan, rata-rata situs web memancarkan setara dengan 0,36 gram karbon per tampilan halaman.

Peningkatan ini sejalan dengan semakin banyaknya halaman COP yang menggunakan konten yang membutuhkan daya komputasi lebih besar, seperti berkas multimedia.

Selain mengungkapkan peningkatan dampak lingkungan dari situs web COP itu sendiri, temuan tim juga menunjukkan bahwa emisi yang disebabkan oleh lalu lintas internet ke halaman-halaman tersebut telah meningkat secara eksponensial.

Tampilan situs web selama COP3 pada tahun 1997, tahun pertama dengan data yang tersedia, mengeluarkan setara dengan 0,14 kg, kira-kira jumlah karbon yang dapat diserap pohon dewasa dalam dua hari.

Sebaliknya, dibutuhkan hingga 10 pohon dewasa per tahun penuh untuk menyerap tingkat karbon yang dipancarkan hanya akibat kunjungan ke situs web COP29 (116,85 kg), peningkatan lebih dari 83.000 persen.

Baca juga: Bagaimana Platform Digital Bantu Perusahaan Pangkas Emisi Scope 3?

Para peneliti mengatakan masih terlalu dini untuk menghitung emisi karbon dari situs web COP30, tetapi mereka menekankan bahwa situs tersebut tidak dihosting di infrastruktur energi terbarukan yang terverifikasi.

Berdasarkan analisis mereka, para peneliti memberikan sejumlah rekomendasi praktis untuk mengurangi jejak digital situs web.

Rekomendasi ini mencakup pembatasan ketat pada ukuran halaman, pengoptimalan tata letak situs, dan hosting situs web di server yang ditenagai energi terbarukan.

Lebih lanjut, analisis ini merupakan contoh pertama penggunaan arsip web, seperti Internet Archive, untuk melacak dampak lingkungan situs web dari waktu ke waktu.

Pendekatan inovatif ini dapat digunakan untuk menilai dampak lingkungan historis dari halaman-halaman internet lainnya.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa biaya karbon dari kehadiran digital seringkali diabaikan, bahkan oleh mereka yang peduli dan seharusnya melindungi lingkungan. Kami berharap rekomendasi dan perangkat kami dapat membantu institusi mengidentifikasi dan mengatasi masalah ini," ungkap Profesor Melissa Terras, dari Institute for Design Informatics di Edinburgh College of Art.

Baca juga: Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau