KOMPAS.com - Sekitar 1.000 gletser hilang setiap tahunnya dan jumlahnya diprediksi meningkat jadi 3.000 per tahun pada 2040. Hal tersebut diprediksi terjadi meskipun negara-negara memenuhi target emisi karbon mereka.
Sementara itu, sedikitnya 4.000 gletser telah mencair dalam dua dekade terakhir. Temuan ini bagian dari studi oleh Lander Van Tricht dari ETH Zurich, Swiss, bersama rekan-rekannya yang dipublikasikan di Nature Climate Change.
Baca juga:
"Kita akan kehilangan banyak gletser, tapi kita juga memiliki kemampuan untuk mencegah banyak di antaranya,” kata David Rounce dari Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, Pennsylvania, yang juga terlibat dalam studi, dilansir dari New Scientist, Selasa (16/12/2025).
Dalam studi tersebut, para peneliti menggunakan model iklim untuk memprediksi apa yang akan terjadi pada 211.000 gletser di dunia pada masa mendatang di bawah berbagai skenario pemanasan global.
Target iklim saat ini menempatkan dunia pada jalur pemanasan sebesar 2,7 derajat celsius di atas suhu masa pra-industri. Hal tersebut berarti 79 persen gletser di dunia akan lenyap pada tahun 2100.
Namun, jika umat manusia berhasil membatasi pemanasan global hingga dua derajat celsius, 63 persen gletser akan lenyap.
Jika negara-negara tidak mematuhi target dan dunia memanas hingga empat derajat celsius maka 91 persen gletser akan hilang.
Baca juga:
Ilustrasi gletser Antartika. Studi terbaru mengungkap sekitar 1.000 gletser hilang setiap tahun dan jumlahnya bisa melonjak jadi 3.000 pada 2040.Dilansir dari World Meteorological Organization (WMO), gletser yang mencair berisiko memicu serangkaian dampak berantai yang luas pada ekonomi, ekosistem, dan masyarakat, tidak hanya di daerah pegunungan tetapi juga pada tingkat global.
Pencairan gletser diprediksi akan menaikkan permukaan air laut sebesar 25 sentimeter pada abad ini. Hal tersebut juga akan mengurangi limpasan air musim panas yang menjadi tumpuan banyak wilayah untuk irigasi.
Ada sekitar dua miliar orang tinggal di daerah aliran sungai yang bersumber dari salju dan es pegunungan. Banyak di antaranya berada di dekat sungai-sungai yang berhulu dari gletser Pegunungan Himalaya.
Pencairan es juga berarti bahwa banjir yang disebabkan oleh pelepasan air secara tiba-tiba dari danau glasial menjadi lebih sering terjadi, seperti peristiwa yang menewaskan 55 orang di India pada tahun 2023.
Ilustrasi Pegunungan Alpen. Studi terbaru mengungkap sekitar 1.000 gletser hilang setiap tahun dan jumlahnya bisa melonjak jadi 3.000 pada 2040.Studi ini juga memproyeksikan laju hilangnya gletser per tahun dan per wilayah. Laju pencairan akan mencapai puncaknya sekitar pertengahan abad, kemudian melambat setelah gletser pegunungan yang lebih kecil hilang dan yang lebih besar tersisa, seperti di Arktik dan Antartika.
“Gletser yang lebih besar, membutuhkan waktu lama untuk mencairkan esnya, jadi akan menghilang lebih lambat,” kata Van Tricht.
Berdasarkan target iklim saat ini, Kanada bagian barat dan daratan Amerika Serikat diprediksi kehilangan hampir semua gletser pada tahun 2100.
Selain itu, banyak gletser di Skandinavia, Eropa Tengah, dan Selandia Baru diprediksi tak akan bertahan pada abad ke-21.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya