Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup

Kompas.com, 17 Desember 2025, 16:35 WIB
Monika Novena,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konsumen dalam skalag global melihat sedikit pesan dan komunikasi mengenai keberlanjutan dari berbagai brand (merek), berdasarkan studi konsumen GlobeScan tahun 2025 tentang Hidup Sehat & Berkelanjutan.

Meskipun hal tersebut kemungkinan bagian dari penurunan kepedulian terhadap isu seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, penelitian di 33 pasar, termasuk 10 di Asia-Pasifik, menunjukkan peningkatan pembelian ramah lingkungan.

Baca juga: 

Sebanyak 58 persen konsumen di Asia Pasifik (APAC) melaporkan membeli produk ramah lingkungan, naik dari 53 persen pada 2024.

Secara spesifik, studi tersebut juga menunjukkan peningkatan pembelian produk ramah lingkungan di Vietnam (84 persen) dan Indonesia (78 persen). Sementara itu, Singapura telah mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 50 persen.

Fenomena greenhushing, apa itu?

Proses pewarnaan kain ramah lingkungan atau ecoprint menggunakan tumbuhan di Rumah Produksi Batik Tandan Daun. Meski minat beli produk berkelanjutan naik, studi GlobeScan 2025 menunjukkan brand mengurangi komunikasi keberlanjutan. Apa sebabnya?KOMPAS.com/Labib Zamani Proses pewarnaan kain ramah lingkungan atau ecoprint menggunakan tumbuhan di Rumah Produksi Batik Tandan Daun. Meski minat beli produk berkelanjutan naik, studi GlobeScan 2025 menunjukkan brand mengurangi komunikasi keberlanjutan. Apa sebabnya?

Tren kenaikan pembelian produk berkelanjutan terjadi di tengah menurunnya kepercayaan terhadap pesan keberlanjutan.

Studi ini menyoroti fenomena yang dikenal sebagai greenhushing yaitu ketika brand mengurangi komunikasi tentang keberlanjutan karena takut akan reaksi negatif atau pengawasan regulasi.

Akibatnya, semakin sedikit konsumen yang terpapar pesan-pesan tersebut dan kepercayaan semakin terkikis, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z.

Namun, pasar produk berkelanjutan terus tumbuh. Studi ini menunjukkan, manfaat pribadi seperti kesehatan dan kesejahteraan saat ini menjadi motivator terkuat bagi konsumen.

Baca juga:

Kepedulian terhadap lingkungan tak lagi jadi pendorong utama

Bioplastik, plastik ramah lingkungan dari Biopac yang dibuat menggunakan rumput laut. Meski minat beli produk berkelanjutan naik, studi GlobeScan 2025 menunjukkan brand mengurangi komunikasi keberlanjutan. Apa sebabnya?Kompas.com/Krisda Tiofani Bioplastik, plastik ramah lingkungan dari Biopac yang dibuat menggunakan rumput laut. Meski minat beli produk berkelanjutan naik, studi GlobeScan 2025 menunjukkan brand mengurangi komunikasi keberlanjutan. Apa sebabnya?

Kepedulian terhadap lingkungan bukan lagi pendorong utama pembelian produk berkelanjutan.

Di Singapura, sebagai contoh, 42 persen konsumen mengatakan bahwa mereka terinspirasi oleh pesan yang menekankan harga terjangkau dan penghematan jangka panjang, sedangkan 40 persen lainnya menanggapi pesan yang membuat pilihan berkelanjutan terasa sederhana dan mudah dilakukan.

Hal tersebut menunjukkan mereka lebih termotivasi oleh keuntungan pribadi yang nyata dan kenyamanan hidup daripada sekedar kampanye lingkungan abstrak.

Baca juga:

Lebih lanjut, di seluruh wilayah Asia-Pasifik, kesediaan untuk membayar lebih mahal demi produk berkelanjutan terus meningkat, yang mana 77 persen konsumen di Vietnam dan 76 persen konsumen di China menyatakan dukungan mereka bagi perusahaan yang berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan.

Temuan-temuan ini menunjukkan adanya narasi baru bagi keberlanjutan yaitu narasi yang membingkai hidup ramah lingkungan sebagai gaya hidup yang cerdas, sehat, dan memuaskan, bukannya sebuah pengorbanan.

Pergeseran ini memberikan peluang yang jelas bagi brand, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk berinteraksi kembali dengan konsumen dengan memfokuskan diri pada manfaat nyata sehari-hari.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
CIMB Niaga Salurkan 'Green Financing' Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
CIMB Niaga Salurkan "Green Financing" Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
Swasta
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau