Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.
Merujuk publikasi Trove Research (2023), proyeksi harga satuan unit karbon dari sektor kehutanan, khususnya kredit REDD+, diperkirakan mencapai 52,8 dollar AS per ton CO2 pada 2030.
Estimasi kredit karbon hutan Indonesia sebesar 1,3 giga ton setara CO2 per tahun tersebut berpotensi menghasilkan nilai transaksi sebesar 68,73 miliar dollar AS atau setara lebih dari Rp 1.099 triliun.
Apabila kinerja industri kayu serta pengembangan dan pengelolaan hasil hutan kayu berjalan dengan konstan, ditambah potensi pendapatan dari imbal jasa karbon, maka pada 2030 sektor kehutanan akan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian nasional.
Perhitungan di atas dapat diperkirakan peningkatan kontribusi dari rerata 0,7 persen (2010-2024) menjadi 5,3 persen pada 2030.
Keresahan dan kekhawatiran dari pelaku usaha hutan bahwa industri kayu sedang memasuki masa senja memang valid.
Namun, harapan untuk bangkit dengan rekonfigurasi hulu hilir serta optimalisasi jasa ekosistem akan menyuntikkan harapan baru: kejayaan sektor kehutanan akan segera tiba esok pagi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya