JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep arsitektur hunian berkelanjutan telah banyak diperkenalkan oleh para stakeholder, terutama Pemerintah, pelaku usaha properti, dan insutri terkait.
Salahs atu konsep arsitektur hunian berkelanjutan adalah rumah tumbuh. Konsep ini dianggap sebagai bentuk inovasi konstruksi yang adaptif dengan perkembangan zaman.
Rumah tumbuh merupakan konsep membangun hunian yang dapat tumbuh atau berkembang seiring dengan perubahan kebutuhan penghuninya.
Dari sisi adaptibilitas, rumah tumbuh dinilai dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan penghuni seiring waktu.
Baca juga: 9.238 Rumah Mustahik Tuntas Direnovasi Menjadi Layak Huni
Dengan demikian, penghuni rumah tidak perlu membangun rumah baru atau bahkan pindah rumah apabila ada perubahan kebutuhan pada kemudian hari.
Kemudian perencanaan pembangunan rumah tumbuh yang matang akan memengaruhi dampak lingkungan dari sisi penggunaan material.
Material untuk membangun rumah tumbuh biasanya sudah bisa diestimasi, sehingga jarang meninggalkan bahan sisa atau sampah konstruksi.
Selain itu, bukaan rumah tumbuh pada umumnya lebih banyak dan memungkinkan pencahayaan alami masuk, sehingga penghuni bisa hemat energi.
Konsep ini juga bisa menjadi pilihan bagi penghuni rumah yang ingin membangun rumah impian secara bertahap berdasarkan dana yang dimiliki.
Dengan menggunakan desain rumah tumbuh secara efektif, penghuni rumah bisa menghemat biaya untuk perubahan atau perluasan ruangan pada masa mendatang.
Co-founder dan CEO Gravel Georgi Ferdwindra Putra menjelaskan, rencana yang matang dan estimasi biaya ke depan adalah dua hal penting yang perlu diperhatikan.
"Jangan sampai ada perombakan infrastruktur yang terlalu besar, agar biaya tidak membengkak. Ini adalah checklist yang idealnya dipenuhi dalam pembangunan rumah tumbuh," kata Georgi dalam keterangan resminya.
Sebelum memulai pembangunan, langkah terbaik adalah melakukan konsultasi dan diskusi kepada ahli.
Tahap ini sangat penting guna menghasilkan konsep rumah tumbuh yang optimal dan dapat mengakomodir keinginan pemilik rumah, serta membuat proses pembangunan bertahap jadi lebih terencana.
Sebagai informasi, rumah tumbuh terbagi menjadi dua, yaitu rumah tumbuh vertikal dan horizontal. Hal ini tergantung dari luasan lahan yang dimiliki oleh penghuni rumah.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya