SAMBAS, KOMPAS.com - Prevalensi anak stunting di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, terbilang masih cukup tinggi.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Sambas mencapai 30,5 persen. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan 2021 yakni 32,6 persen.
Di sisi lain, prevalensi stunting di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut lebih tinggi dibandingkan Provinsi Kalimantan Barat yakni 27,8 persen pada 2022.
Baca juga: 1.000 Hari Pertama Kehidupan Bayi Penting Cegah Stunting, Ini Alasannya
Pejabat Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas Desi Haryuni mengatakan, tingginya stunting di sana disebabkan oleh berbagai faktor.
Pola pengasuhan yang tidak optimal, akses sanitasi yang kurang merata, dan pemberian makanan yang tidak tepat disinyalir menjadi beberapa penyebabnya.
Desi mencontohkan, dari segi pengasuhan, nenek memiliki peran yang cukup tinggi dalam mengasuh anak.
"Peran nenek masih kuat dalam hal pemberian makanan solid pada bayi," kata Desi kepada wartawan di Puskesmas Sekura, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Selasa (29/8/2023).
Desi menyampaikan, pemerintah kabupaten telah berkomitmen untuk mengentaskan kasus stunting dengan memprioritaskan dana kesehatannya.
Baca juga: Keluarga Rentan Stunting Dapat Bantuan Beras dan Telur 3 Bulan
Prioritas dana tersebut menyasar berbagai pemenuhan kebutuhan dan perbaikan kesehatan, khususnya perempuan, mulai dari gizi, pelayanan penyakit, sanitasi, dan lainnya.
Sementara itu, Desa Sungai Kumpai dan Desa Lela di Kecamatan Teluk Keramat menjadi contoh desa dengan prevalensi stunting tinggi di Kabupaten Sambas pada 2022.
Prevalensi stunting di Desa Sungai Kumpai menurut data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada 2022 tercatat 36,36 persen. Angka ini turun pada Februari 2023 menjadi 25 persen.
Sedangkan di Desa Lela, prevalensi stunting pada 2022 dilaporkan mencapai 27,92 persen. Sedangkan pada Februari 2023, angkanya turun tipis menjadi 27,84 persen.
Kepala Puskesmas Sekura Elvira Ismail mengatakan, pola pengasuhan sangat berpengaruh besar terhadap tingginya kasus stunting di Desa Sungai Kumpai dan Desa Lela. Kedua desa tersebut masuk dalam wilayah pelayanan Puskesmas Sekura.
Baca juga: Kontribusi Sosial dan Lingkungan, Phapros Fokus Berdayakan UMKM dan Pengentasan Stunting
"Ada kepercayaan lokal bahwa jangan kasih makan ikan ke anak balita karena takut cacingan," ujar Elvira.
Cakupan pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif juga masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Pada 2022, pemberian ASI eksklusif baru mencakup 76 persen.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya