Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Indonesia Siap Bangun PLTN, Bagaimana Mitigasi Pembuangan Limbahnya?

Kompas.com, 30 Juni 2025, 14:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Harya Dwi Nugraha*

KOMPAS.com - Pekan lalu, usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di St. Petersburg, Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan siap bekerja sama dengan Indonesia di bidang nuklir. Perusahaan energi Rosatom dari Rusia juga terbuka menawarkan bantuan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, pemerintah memasang target bahwa RI bakal mengoperasikan PLTN antara 2030-2032, dengan kapasitas awal 500 megawatt (MW).

Beberapa lokasi yang dinilai cocok adalah Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Kedua lokasi tersebut ditaksir memiliki sumber daya radioaktif yang tinggi. PT PLN (Persero) misalnya mengungkap, ada 24,1 ribu ton  bahan baku nuklir berupa uranium/thorium di Melawi, Kalbar.

Meski isu ini bak lagu lama, nampaknya dinamika ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia serius memasuki era nuklir. Energi nuklir kini memang banyak dilirik banyak negara karena terbukti menyediakan pasokan listrik secara stabil. Namun, ia juga memantik kontroversi dari sisi keamanan dan menyisakan persoalan besar pengelolaan limbah radioaktifnya.

Mengenal limbah nuklir

Limbah nuklir dibagi menjadi tiga jenis, yakni limbah beradiasi rendah/low-level waste (LLW), limbah beradiasi menengah/intermediate-level waste (ILW), dan limbah beradiasi tinggi/high-level waste (HLW). Hal yang perlu jadi catatan, limbah beradiasi rendah sekalipun tidak ramah kesehatan.

Baca juga: Kaji Tsunami, BRIN-BMKG Uji Kelayakan Lokasi PLTN Pantai Gosong Kalimantan

  • LLW adalah limbah dengan tingkat radioaktivitas rendah, misalnya sarung tangan bekas, alat pelindung, atau peralatan laboratorium yang terkontaminasi ringan.
  • ILW memiliki tingkat radioaktivitas sedang, biasanya berasal dari komponen reaktor yang sudah tidak terpakai.
  • HLW, yang paling berbahaya, berasal dari sisa bahan bakar reaktor. Walau jumlahnya kurang dari 1 persen total limbah, HLW menyimpan lebih dari 95 persen radioaktivitas dari seluruh limbah nuklir tersebut. Limbah jenis ini sangat panas dan mengandung unsur berbahaya seperti Iodine-129 yang waktu paruhnya (waktu yang dibutuhkan untuk meluruh setengahnya) mencapai jutaan tahun.

Metode pembuangan limbah nuklir

LLW dan ILW terbilang masih aman disimpan di fasilitas pembuangan dekat permukaan, meski tetap membutuhkan pengelolaan selama ratusan tahun. Sementara HLW, karena risikonya tinggi, membutuhkan tempat penyimpanan khusus karena memiliki radioaktivitas yang panjang hingga jutaan tahun.

Tanpa penyimpanan limbah permanen, limbah radioaktif tingkat tinggi yang telah diolah sekalipun tetap berisiko mencemari lingkungan (sungai, danau, air tanah) dan memengaruhi kesehatan manusia. Bila terpapar, bisa menyebabkan kanker dan mutasi genetik.

Beragam lokasi pembuangan limbah nuklir telah dikaji para peneliti di dunia, mulai dari lapisan es, zona subduksi, laut dalam, hingga luar angkasa.

Namun, lokasi pembuangan limbah radioaktif tingkat tinggi yang disepakati para peneliti paling aman adalah Deep Geological Disposal (DGD), yaitu tempat pembuangan geologi bawah permukaan tanah.

Ada dua metode utama untuk menyimpan limbah radioaktif tingkat tinggi di perut Bumi:

(1) Mined Repository: menyerupai tambang bawah tanah di kedalaman 400–500 meter. Metode ini sudah matang dan mulai dikontruksi.

(2) Deep Borehole Disposal (pengeboran dalam): menyimpan limbah di lubang bor sedalam hingga 5.000 meter—masih dalam tahap kajian studi kelayakan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut: Perambahan Ilegal Habitat Gajah di TN Kerinci Seblat Capai 4 Ha
Kemenhut: Perambahan Ilegal Habitat Gajah di TN Kerinci Seblat Capai 4 Ha
Pemerintah
Menyelamatkan Burung Laut, Menyelamatkan Lautan
Menyelamatkan Burung Laut, Menyelamatkan Lautan
LSM/Figur
Kota Global Butuh 105 Miliar Dollar AS untuk Pendanaan Proyek Iklim
Kota Global Butuh 105 Miliar Dollar AS untuk Pendanaan Proyek Iklim
Pemerintah
Target Berbasis Sains Tingkatkan Hubungan Korporasi dengan Investor Secara Signifikan
Target Berbasis Sains Tingkatkan Hubungan Korporasi dengan Investor Secara Signifikan
Pemerintah
Trend Asia: Indonesia Bermuka Dua soal Iklim, Janji Manis ke Dunia, Ingkari Warganya
Trend Asia: Indonesia Bermuka Dua soal Iklim, Janji Manis ke Dunia, Ingkari Warganya
LSM/Figur
Lembaga Ini Sebut Pengoperasian 20 PLTU di Indonesia Sebabkan 156.000 Kematian Dini
Lembaga Ini Sebut Pengoperasian 20 PLTU di Indonesia Sebabkan 156.000 Kematian Dini
LSM/Figur
Kapasitas Listrik dari Pembangkit Tenaga Angin Lepas Pantai Naik 3 Kali Lipat pada 2030
Kapasitas Listrik dari Pembangkit Tenaga Angin Lepas Pantai Naik 3 Kali Lipat pada 2030
LSM/Figur
Algoritma Medsos Semakin Tentukan Isu Publik yang Dianggap Penting
Algoritma Medsos Semakin Tentukan Isu Publik yang Dianggap Penting
LSM/Figur
Bersihkan Kawasan Mandalika, ITDC Tangani 7,2 Ton Sampah Kiriman di Pantai Tanjung Aan
Bersihkan Kawasan Mandalika, ITDC Tangani 7,2 Ton Sampah Kiriman di Pantai Tanjung Aan
BUMN
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
LSM/Figur
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Pemerintah
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau