JAKARTA, KOMPAs.com - Chakra Giri Energi Indonesia (CGEI), perusahaan konsultan di bidang energi baru terbarukan, optimistis energi nuklir kembali dikembangkan sebagai salah satu sumber energi alternatif di seluruh dunia.
Menurut Physicist CGEI Energi Tjipto Juwono, nuklir tetap dibutuhkan terlepas dari pro dan kontra yang dimilikinya, namun bencana-bencana yang disebabkan energi nuklir ada solusinya.
“Jenis pro-kontra energi nuklir dapat diatasi dengan teknologi dan desain yang lebih baik," ucap Tjipto dalam Webinar Nuclear Series Chapter ke-2 “Pro-Kontra Penerapan Energi Nuklir Sebagai Sumber Energi yang Andal dan Bersih”, Kamis (16/03/2023).
Dia melanjutkan, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 sampai 2025 telah membuka kesempatan pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Baca juga: Konsep Industri 4.0 Dinilai Ciptakan Efisiensi Berkelanjutan
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan energi alternatif karena adanya isu ketahanan energi di Indonesia, dampak buruk dari energi fosil, serta ketersediaan minyak dan gas yang mengalami penurunan.
Selain itu, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) juga bertujuan untuk mendukung Net Zero Emission di Indonesia.
Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan Kementerian PPN (BAPPENAS) Nizhar Marizi menambahkan, target penurunan emisi Indonesia adalah sebesar 32 persen pada tahun 2030, lebih tinggi daripada target sebelumnya.
Pembangunan PLTN memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pembangunan pembangkit listrik lainnya, yaitu hanya membutuhkan area yang kecil, pembangunannya fleksibel karena dapat dibangun dalam skala kecil maupun skala besar, dan memiliki biaya operasional yang rendah.
Namun demikian, dalam pembangunan PLTN, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti industri pendukung, pengolahan limbah nuklir, penambangan uranium, kualitas sumber daya manusia, survei kelayakan, dan lain sebagainya.
“Penggunaan dan pembangunan energi nuklir sebagai pembangkit akan mulai beroperasi tahun 2035, dan operasi PLTN skala besar dan komersil dicanangkan tahun 2040-2045," ujar Nizhar.
Ditinjau dari segi perundang-undangan dan perizinan, pembangunan PLTN membutuhkan proses yang panjang karena dipengaruhi oleh aspek politik dan sosial.
Di sisi lain, pembangunan PLTN perlu memperhatikan mengenai pengolahan limbah nuklir yang juga menjadi salah satu fokus masalah implementasi pembangkit nuklir.
Hal senada dikemukakan Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yudiutomo Imardjoko, pembangunan PLTN harus memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi.
Ini dapat dilakukan dengan teknologi, salah satunya adalah Artificial Intelligence (AI) yang dapat mengurangi kontrol dari manusia dan mengatasi bencana yang kemungkinan terjadi.
Limbah energi nuklir sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu limbah nuklir dengan aktivitas tinggi, menengah, dan rendah, dimana resiko yang paling berbahaya adalah berasal dari aktivitas tinggi yang berasal dari bahan bakar bekas.
"Sebenarnya, terdapat sebuah teknologi yang dapat dikembangkan dari limbah nuklir dan dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, pertanian, industri, dan lain sebagainya. Namun, teknologi ini masih memiliki biaya yang sangat tinggi," ungkap Yudiutomo.
Pengembangan PLTN di Indonesia telah memiliki rencana pembangunan dan pengolahan limbah yang aman, mulai dari sistem reaktor nuklir, hingga penyimpanan limbah nuklir.
Permasalahan yang tersisa adalah masalah dari aspek politik dan sosial. Berdasarkan survei yang diadakan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), tingkat penerimaan energi nuklir di Indonesia mencapai 86 persen.
Menurut Nizhar, diperlukan sosialisasi dan edukasi untuk meningkatkan tingkat penerimaan energi nuklir di Indonesia.
Selain itu, pengembangan teknologi harus terus dilakukan untuk meningkatkan keamanan penggunaan energi nuklir di Indonesia, mulai dari keamanan sistem pendinginan, reaktor nuklir, serta sistem penyimpanan dan pengolahan limbah nuklir yang lebih baik.
Pengembangan ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia untuk penggunaan energi nuklir di Indonesia, sehingga PLTN dapat terus dikembangkan dan digunakan untuk mendukung Net Zero Emission di Indonesia dengan tetap memperhatikan keselamatan dan keamanan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya