KOMPAS.com – Selain menyemarakkan Hari Bumi yang jatuh setiap 22 April dengan kegiatan ramah lingkungan, manusia sebagai salah satu penghuni bumi juga harus merefleksikan diri dan menaruh perhatian lebih terhadap isu lingkungan. Salah satunya adalah pemanasan global.
Dilansir dari situs web Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa laju pemanasan global kian memprihatinkan.
Fenomena tersebut, kata Dwikorita, telah memicu sejumlah peristiwa alam yang mengganggu kelangsungan hidup, seperti peningkatan suhu rata-rata bumi, siklus hidrologi yang terganggu, dan kemunculan bencana hidrometeorologi di seluruh dunia.
Salah satu isu yang menyumbang peningkatan laju pemanasan global adalah emisi gas rumah kaca.
Sebelum mengenal emisi gas rumah kaca, mari berkenalan terlebih dahulu dengan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca adalah penahanan gas-gas rumah kaca untuk menahan panas dari matahari dan memperkuat radiasi panas yang terperangkap di atmosfer. Adapun gas rumah kaca meliputi uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (NO2), dan klorofluorokarbon (CFC).
Sebenarnya, efek rumah kaca merupakan proses alami yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup di Bumi. Proses ini pada dasarnya membantu bumi agar dapat menjaga suhu tetap hangat. Gas rumah kaca pun biasa dihasilkan dari siklus alam sehingga tetap dapat terkontrol dengan baik.
Akan tetapi, karena aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, dan pengalihan lahan, konsentrasi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer jadi meningkat secara berlebihan. Hal inilah yang disebut dengan emisi gas rumah kaca.
Emisi gas rumah kaca membuat efek rumah kaca menjadi terlalu kuat sehingga berdampak pada peningkatan suhu bumi menjadi lebih panas ketimbang seharusnya. Peningkatan suhu inilah yang disebut dengan pemanasan global.
Saat ini, efek pemanasan global sudah mulai dapat dirasakan. Pada kondisi yang lebih parah, pemanasan global juga menyebabkan kerusakan di bumi yang berujung pada kepunahan keanekaragaman hayati.
Untuk mencegah dampak pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca, seluruh masyarakat dunia harus bergotong royong untuk menghindari pemicunya.
Apabila ingin mengurangi produksi emisi gas rumah kaca, Anda bisa melakukan sejumlah langkah kecil. Pertama, menghemat konsumsi listrik dan air.
Untuk diketahui, produksi energi, seperti air dan listrik, memerlukan sumber daya yang berasal dari bahan bakar fosil. Sebut saja, batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Pembakaran bahan bakar ini melepaskan CO2 ke udara dan memperkuat efek rumah kaca.
Anda bisa mulai menghemat penggunaan air dan listrik yang tidak perlu. Selalu matikan listrik dari alat elektronik yang tidak terpakai dan gunakan air secukupnya. Anda juga bisa beralih ke penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, seperti panel surya, untuk menghasilkan listrik dan air.
Kedua, menggunakan transportasi umum. Seperti diketahui, kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor, menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang bersumber dari bahan bakar fosil. Saat digunakan, BBM pada kendaraan melepakan asap berisi CO2, CH4, dan nitrogen oksida (NO) yang merupakan gas rumah kaca.
Dengan menggunakan transportasi umum, Anda bisa mengurangi pelepasan asap kendaraan ke atmosfer.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah beralih ke kendaraan berkelanjutan, seperti kendaraan berteknologi listrik.
Ketiga, mengurangi sampah. Dalam pembuangan sampah, diperlukan pembakaran, penguraian, dan dekomposisi untuk mengurangi penumpukan. Masalahnya, proses tersebut umumnya menghasilkan gas rumah kaca, yakni CO2 dan CH4.
Untuk mengurangi sampah, Anda mesti bijak dalam mengonsumsi produk. Anda juga bisa mengontrol kuantitas sampah dengan melakukan daur ulang.
Keempat, menanam pohon. Perlu diketahui, pohon memerlukan CO2 dalam proses fotosintesis. Dengan demikian, CO2 berlebih dapat diserap oleh pohon sehingga mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Oleh karena itu, penanaman pohon dapat menjadi investasi besar untuk mengurangi dampak pemanasan global.
Selain menanam pohon, masyarakat juga harus menolak aktivitas yang mengancam pohon, seperti deforestasi.
Kelima, menggunakan produk ramah lingkungan. Produk ramah lingkungan biasanya dibuat dengan teknologi yang efisien dengan bahan baku yang berkelanjutan. Jadi, tidak banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses produksi.
Apabila Anda beralih menggunakan produk tersebut, pabrik dan industri yang ramah lingkungan dapat terus langgeng dan memberikan dampak yang baik terhadap Bumi. Lebih jauh, perusahaan lain yang belum menerapkan konsep ramah lingkungan juga bisa meniru perusahaan tersebut.
Setelah menerapkan lima langkah tersebut, ajaklah teman, kerabat, keluarga, dan sanak saudara untuk turut serta melakukan aktivitas yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Apabila dilakukan bersama-sama secara konsisten, pengurangan dampak pemanasan global bisa terwujud. Hal ini dapat menjadi kado terbaik untuk bumi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya