JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) mendukung adanya pengembangan agropolitan atau kota pertanian.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Subdiretorat Pengembangan dan Diseminasi Model Akses Reforma Agraria, Windra Pahlevi saat menghadiri pembukaan pameran Agropolitan Seed Town oleh Future Cities Laboratory (FCL) di kawasan Jababeka, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (17/5/2023).
"Ini kan sebenarnya masih dalam tahap kita merancang suatu regulasi dengan harapan lahan-lahan yang memang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pengembang, bisa dimanfaatkan seperti ini," kata Windra kepada Kompas.com.
Saat ini Kementerian ATR/BPN akan mulai mengidentifikasi lahan-lahan pengembang yang belum dimanfaatkan di lokasi lain dan mencoba membuat regulasi terkait hal tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat, Juarin Jaka Sulistyo berharap konsep perumahan berkelanjutan ini bisa mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
"Termasuk masyarakat yang dulunya power less menjadi power full, bisa mandiri," ucap Juarin.
Konsep ini turut diharapkan bisa menjadi percontohan pengembangan lahan terlantar di Kabupaten Bekasi bahkan lokasi lainnya.
Sementara itu, konsep kota pertanian atau perumahan berkelanjutan bisa dilihat dari pameran Agropolitan Seed Town oleh FCL yang diselenggarakan mulai 19-30 Mei 2023 atau dapat diperpanjang bila ada kebutuhan.
Urban Design Coordinator Agropolitan Territories FCL Global, Daliana Suryawinata mengatakan, proyek ini menjawab tantangan kebutuhan lahan permukiman dan pertanian.
Baca juga: Rumah Tumbuh, Inovasi Konstruksi Adaptif dan Berkelanjutan
Caranya adalah dengan membangun rumah tumbuh dan vertikal, sehingga lahan pertanian di sekitarnya masih terjaga. Sebagai solusi, FCL menghadirkan rumah susun (rusun) hijau dan rumah tambah.
Sesuai namanya, rusun hijau dilengkapi dengan taman vertikal, ramp, jembatan dan selasar yang mampu menampung berbagai aktivitas penghuni.
Konsep ini juga menekankan kepada fungsi mixed use sebuah kawasan, sehingga tidak hanya mengakomodir kebutuhan hunian, namun juga kegiatan komersial yang dilengkapi dengan infrastruktur berkualitas dan menjadikannya kawasan terintegrasi.
Selain itu, Agropolitan Seed Town bermanfaat untuk memberdayakan masyarakat sekitar lewat kegiatan di dalamnya, khususnya di bidang pertanian.
"Orang kota seringkali menganggap kegiatan bertani itu kurang keren, padahal the future is also living and farming at the same time," ujar Daliana.
Hal senada disampaikan oleh Principal Investigator Agropolitan Territories FCL Global, Prof. Stephen Cairns.
Agropolitan Seed Town yang bersebelahan langsung dengan perkampungan masyarakat menawarkan sejumlah lapangan pekerjaan di bidang smart farming.
Baca juga: Bangun Rumah Tumbuh Harus Pakai Blueprint
"Ide ini sudah diuji coba di Harvard dan National University of Singapore (NUS) oleh mahasiwa S2," papar Stephen.
Lanjutnya, konsep Agropolitan Seed Town bisa resmi diperkenalkan kepada masyarakat lewat bantuan sejumlah stakeholders, mulai dari Pemerintah, sektor pendidikan, arsitektur hingga pengembang yang dalam hal ini adalah Jababeka.
Jababeka dipilih sebagai pengembang pertama untuk menerapkan konsep agropolitan karena pengembang raksasa tanah air tersebut memiliki pandangan yang sama terhadap permukiman berkelanjutan.
Project Leader/Business Development Manager PT Jababeka Tbk, Abdul Said Ahtar mengatakan, Jababeka berencana mengembangkan konsep perumahan agropolitan bersama FCL untuk dipasarkan secara resmi.
"Saat ini masih dalam tahap pengembangan konsep dan feasibility study," papar Ahtar saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (19/5/2023).
Jababeka memiliki banyak lahan idle atau lahan terlantar. Karenanya, pengembang raksasa tanah air tesebut berinisiatif untuk mengaktifkan lahan idle menjadi sawah produktif.
Dalam pelaksanaannya, petani mitra lokal akan menjadi pengelola lahan-lahan terlantar milik Jababeka.
"Dengan demikian, kami melihat konsep Agropolitan Seed Town oleh FCL ini sebagai gagasan yang baik untuk mengembangkan lahan idle menjadi kawasan pangan di Jababeka," tandas Ahtar.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya