Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Efektif Tangani "Food Waste", Gerakan Selamatkan Pangan Diperluas

Kompas.com, 2 Juni 2023, 08:05 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) akan memperluas penanganan food waste atau mubazir pangan melalui Gerakan Selamatkan Pangan.

Rencana tersebut mengemuka menyusul kesuksesan pelaksanaan program serupa yang telah terlebih dahulu dilaksanakan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwingnyo mengatakan pada Kamis (1/6/2023), NFA telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan sembilan mitra pada Desember 2022.

Baca juga: Indonesia Peringkat 4 Food Waste Terbanyak di Dunia

"Seperti APPBI, APRINDO, HIPPINDO, APJI, PHRI, GAPMMI, Foodbank of Indonesia, FoodCycle Indonesia, Yayasan Surplus Peduli Pangan. Ini merupakan bagian dari langkah kelanjutannya," kata Nyoto, sebagaimana dilansir Antara.

Nyoto menuturkan, Bapanas telah menginisiasi Gerakan Selamatkan Pangan di wilayah Jabodetabek sebagai pilot project dengan melibatkan asosiasi, pelaku usaha, dan penggiat selamatkan pangan.

Dia turut mengapresiasi provinsi dan kabupaten/kota yang sudah melakukan inisiasi Gerakan Selamatkan Pangan seperti DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, serta Kota Semarang dan Kota Bogor.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi pada kesempatan berbeda berharap agar sinergi dan kolaborasi ini terus ditingkatkan.

Baca juga: Mubazir Makanan di Indonesia Tinggi, Butuh Penanganan Menyeluruh

Hal itu agar pemborosan pangan di Indonesia dapat ditekan, sehingga berdampak pada penurunan kerawanan pangan dan gizi yang sejalan dengan upaya pemerintah untuk menurunkan stunting.

"Mengurangi food waste menjadi salah satu agenda prioritas Badan Pangan Nasional, untuk itu gerakan selamatkan pangan kita dorong agar skalanya semakin ditingkatkan. Ini sesuai arahan Bapak Presiden (Joko Widodo) yang meminta agar masyarakat menerapkan kebiasaan tidak membuang makanan, sebaliknya agar lebih menghargai setiap makanan," ujarnya.

Tercatat sejak Desember 2022 hingga pertengahan Mei 2023, Bapanas berhasil menyelamatkan 41,5 ton pangan pada wilayah Jabodetabek. Sehingga, skala Gerakan Selamatkan Pangan pada 2023 akan semakin ditingkatkan.

Baca juga: 5 Cara Tepat Kurangi Food Waste Dalam Bisnis Restoran

Selain tetap dilaksanakan di Jabodetabek, gerakan ini juga akan diperluas pelaksanaannya di 12 provinsi, serta secara paralel dipersiapkan kebijakan untuk diimplementasikan di 15 provinsi lainnya di tahun 2024. Sehingga, pada 2030 dapat dilaksanakan di 38 provinsi.

Fokus pelaksanaan Gerakan Selamatkan Pangan menggunakan 2 pendekatan utama, yaitu mencegah terjadinya kemubadziran/pemborosan pangan melalui dukungan dan kebijakan fasilitasi aksi penyelamatan pangan untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Bapanas juga telah menyediakan mobil logistik pangan dan food truck agar dapat dimanfaatkan untuk penjemputan dan penyaluran donasi pangan berkolaborasi dengan para donatur pangan beserta penggiat selamatkan pangan.

Baca juga: Para Pengusaha Makanan Diminta Dukung Program Zero Food Waste

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Lawu di Tengah Ambisi Geothermal
Menjaga Lawu di Tengah Ambisi Geothermal
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem, WBN Reklamasi 84,86 Hektare Lahan Bekas Tambang di Weda
Pulihkan Ekosistem, WBN Reklamasi 84,86 Hektare Lahan Bekas Tambang di Weda
Swasta
IWIP Percepat Transisi Energi Lewat Proyek PLTS dan PLTB di Weda Bay
IWIP Percepat Transisi Energi Lewat Proyek PLTS dan PLTB di Weda Bay
Swasta
Bapeten Musnahkan 5,7 Ton Udang Ekspor yang Terkontaminasi Cesium-137
Bapeten Musnahkan 5,7 Ton Udang Ekspor yang Terkontaminasi Cesium-137
Pemerintah
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
LSM/Figur
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau