Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/06/2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comHidrogen menjadi salah satu solusi penting untuk mencapai nol emisi karbon atau net zero emission (NZE).

Hal tersebut disampaikan Profesor Riset Bidang Teknologi Proses Elektrokimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi dalam Seminar Tantangan dan Peluang Pengembangan Pembangunan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Bidang Konstruksi, Selasa (30/5/2023).

Eniya menuturkan, hidrogen tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak menghasilkan emisi, sebagaimana dilansir situs web Dewan Energi Nasional (DEN).

Baca juga: Indonesia Jadi Negara Menjanjikan untuk Pengembangan Hidrogen Hijau

“Hidrogen tidak menghasilkan emisi, renewable (terbarukan), dapat diaplikasikan di berbagai tempat dan dapat diproduksikan dari berbagai sumber,” terang Eniya.

Di sisi lain, Indonesia berpotensi sebagai produsen sekaligus pasar hidrogen. Selain itu, letak Indonesia juga sangat potensial untuk menjadi pusat hidrogen Asia atau Asian Hydrogen Hub.

Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan penyusunan kebijakan yang sesuai dan industri juga harus siap.

Perlu adanya kolaborasi yang sinergis antara pemerintah, sektor industri, badan riset, serta para investor.

Baca juga: Pelabuhan Rotterdam Kembangkan Pabrik Hidrogen Hijau 1 GigaWatt

Sementara itu Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan Sekretariat Jenderal DEN Yunus Saefulhak menuturkan, pencapaian NZE di Indonesia akan dicapai dengan mengurangi penggunaan energi fosil secara bertahap.

Selain itu, NZE juga ingin dicapai dengan mengakselerasi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan hidrogen.

Yunus menuturkan, pemerintah menyusun strategi dekarbonisasi energi menuju NZE yang diwujudkan melalui pemanfaatan energi fosil dengan teknologi bersih, percepatan pengembangan EBT, baterai, dan hidrogen.

Selain itu, disusun strategi untuk penggunaan smart grids, smart energy, serta efisiensi dan konservasi energi. Meski demikian, Yunus mengakui bahwa harga EBT saat ini masih tinggi.

Baca juga: Bangun Pembangkit Hidrogen, PLN Kolaborasi dengan Perusahaan Perancis

Yunus juga menyampaikan bahwa saat ini DEN tengah melakukan pembaruan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

“KEN yang ada sudah lebih dari lima tahun, sehingga secara regulasi dapat ditinjau kembali. Terlebih dinamika yang ada membuat KEN menjadi kurang relevan,” terang Yunus.

Sementara itu, Country Director PT Grid Solutions Indonesia Joko Prakoso berujar bahwa ketersediaan grid atau jaringan berperan penting dalam pengembangan EBT.

“Tidak akan ada transisi energi tanpa transmisi energi,” ujar Joko.

Selain grid, energi masa depan akan bertumpu pada peralihan energi batu bara ke gas, pembangkitan listrik tenaga gas dan energi terbarukan, serta pengembangan nuklir sebagai sumber energi.

Baca juga: Mengapa Hidrogen Penting untuk Transisi Energi?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau