KOMPAS.com – Situasi pangan di Indonesia perlu ditangani. Pasalnya, food waste atau makanan yang siap disantap tapi terbuang alias mubazir makanan dinilai tinggi.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, bijak pangan yaitu mulai dari produksi hingga pengelolaan limbah adalah hal yang penting.
Konsep ini memerlukan penguatan kebijakan dalam pengelolaan sistem pangan secara keseluruhan.
Baca juga: 8 Makanan yang Tidak Boleh Disimpan di Dapur, Ini Alasannya
Dari sisi produksi, Indonesia mengalami homogenisasi bahan pangan pokok. 50 persen produksinya berpusat pada empat jenis bahan pangan yaitu padi, gandum, jagung, dan kentang.
Di sisi lain, tingkat konsumsi memiliki homogenisasi selera. Selama 30 tahun terakhir, pangan yang beragam saat ini terpusat ke beras.
“Masalah muncul ketika kita bergantung pada pangan tersebut,” kata Hilmar dalam Webinar bertema Quo Vadis Ketahanan Pangan, Gizi, dan Budaya Konsumsi? yang digelar Komisi IV Dewan Guru Besar (DGB) UI, Rabu (3/5/2023).
Untuk mengatasi hal tersebut, Hilmar menilai perlunya desentralisasi berdasarkan diversifikasi pangan di Indonesia melalui penguatan pengetahuan dan kebudayaan lokal.
Baca juga: Puluhan Siswa di Bantul Keracunan Makanan Saat Jam Istirahat
Dia menuturkan, perguruan tinggi berperan sangat sentral bersama masyarakat di tingkat akar rumput untuk keperluan pangan.
“Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan kembali produk-produk lokal, serta kolaborasi antara produsen pangan dan ahli gastronomi untuk menghasilkan karya yang dapat diterapkan di komunitas lokal,” ujar Hilmar.
Selain Hilmar, terdapat tiga narasumber lain yaitu Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Arif Satria, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI Profesor Semiarto Aji Purwanto, serta Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Profesor Sandra Fikawati, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (11/5/2023).
Arif menilai, permasalahan pangan memiliki tiga masalah yakni underweight atau berat badan kurang, overweight atau berat badan berlebih, dan micronutrient deficiency atau defisiensi mikronutrien.
Baca juga: Karton Kemasan Makanan, Desain Awalnya Memang untuk Daur Ulang
Kondisi ketahanan pangan di Indonesia juga dapat dilihat secara kuantitatif melalui peta Indeks Ketahanan Pangan (IKP).
Pada 2021, Bali, Jawa Tengah, dan Jogja menjadi tiga provinsi yang memiliki IKP tertinggi, sedangkan Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan Maluku memiliki IKP terendah di Indonesia.
Food loss dan food waste berpengaruh dalam mencapai ketahanan pangan Indonesia.
Kampanye perihal food loss dan food waste seharusnya tidak hanya dilakukan di kelas menengah, tetapi juga di lingkungan kampus.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya