Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Cagar Alam dan Suaka Margasatwa

Kompas.com - 03/06/2023, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Kebanyakan dari kita pasti sudah mendengar cagar alam atau suaka margasatwa. Keduanya adalah kawasan konservasi yang sekilas mirip namun memiliki perbedaan.

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 ada dua kawasan perlindungan keanekaragaman hayati yaitu kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian.

Kawasan suaka alam berfungsi sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

Baca juga: Kasus Perusakan Cagar Alam Wae Wuul Manggarai Barat, Polisi Tetapkan 2 Tersangka

Nah, kawasan suaka alam terbagi menjadi dua yaitu cagar alam atau suaka margasatwa.

Apa perbedaan cagar alam dan suaka margasatwa? Kedua istilah tersebut rupanya memiliki definisi dan kriteria yang berbeda.

Berikut perbedaan cagar alam dan suaka margasatwa menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2011.

Baca juga: Peringati 4 Tahun Banjir Bandang di Sentani, 1.000 Bibit Pohon Ditanam di Cagar Alam Cycloop

Cagar alam

Orangutan Tapanuli saat dilepasliarkan di Cagar Alam Dolok Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumut. Senin 23 November 2020.BBKSDA Sumut Orangutan Tapanuli saat dilepasliarkan di Cagar Alam Dolok Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumut. Senin 23 November 2020.

Definisi cagar alam adalah kawasan suaka alam yang memiliki kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu.

Karena kekhasan itulah, kawasan tersebut perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Di dalam cagar alam dapat dilakukan beberapa kegiatan yaitu kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.

Dilansir dari situs web Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), sejauh ini ada 212 kawasan yang ditetapkan sebagai cagar alam.

Ada beberapa kriteria mengapa suatu wilayah ditetapkan sebagai cagar alam, yaitu:

  • Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa liar yang tergabung dalam suatu tipe ekosistem.
  • Mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan atau satwa liar yang secara fisik masih asli dan belum terganggu.
  • Terdapat komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka dan/atau keberadaannya terancam punah.
  • Memiliki formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya.
  • Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang pengelolaan secara efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami.
  • Mempunyai ciri khas potensi dan keberadaan ekosistemnya memerlukan upaya konservasi.

Baca juga: 216 Ekor Burung Sitaan Dilepasliarkan di Cagar Alam Rogojampi Banyuwangi

Suaka margasatwa

Kawanan babirusa sulawesi yang tengah menikmati air bergaram (salt lick) di Adudu Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Kawanan babirusa sulawesi yang tengah menikmati air bergaram (salt lick) di Adudu Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo.

Definisi suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa.

Karena ciri khas tersebut, dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya demi kelangsungan hidup keunikan jenis satwa.

Sama seperti cagar alam, di dalam suaka margasatwa dapat dilakukan beberapa kegiatan yaitu kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.

Dilansir dari situs web Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian LHK, sejauh ini ada 79 kawasan yang ditetapkan sebagai suaka margasatwa.

Ada beberapa kriteria mengapa suatu wilayah ditetapkan sebagai suaka margasatwa, yaitu:

  • Merupakan tempat hidup dan berkembang biak satu atau beberapa jenis satwa langka atau hampir punah.
  • Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi.
  • Merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu.
  • Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa.

Baca juga: 191 Hektare Cagar Alam Wae Wuul Kawasan Perlindungan Komodo Terbakar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau