Laporan tersebut juga menyatakan, industri lain akan beralih ke minyak sawit karena memiliki sifat yang mirip dengan lemak hewani dan merupakan pilihan termurah yang tersedia.
Namun, penggunaannya yang melonjak seiring dengan peningkatan emisi. Hal ini karena hutan tua yang menyimpan karbon dalam jumlah besar, dibuka untuk perkebunan sawit baru.
Baca juga: Indonesia Jajaki Investasi Penyediaan Sapi Perah dengan Belanda
“Penggunaan lemak hewani yang bersaing, menunjukkan tantangan untuk meningkatkan produksi limbah biofuel,” kata Smailagic.
Menurutnya, lemak hewani tidak tumbuh begitu saja di pohon.
"Pemasok makanan hewan, misalnya, kini harus mengurangi keberlanjutan produk mereka dengan menggunakan minyak sawit sebagai gantinya," tuntas dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya