JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjajaki kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah dengan Belanda.
Penjajakan ini dilakukan bersamaan dengan kunjungan kerja untuk menggenjot pengembangan industri pengolahan susu di dalam negeri agar semakin produktif dan berdaya saing global.
Seperti diketahui, industri pengolahan susu yang menjadi bagian dari industri makanan dan minuman, merupakan salah satu sektor prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 dan peta jalan "Making Indonesia 4.0".
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, guna meningkatkan produktivitas industri pengolahan susu di Tanah Air, salah satu upaya yang perlu digenjot adalah penyediaan sapi perah yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) sebagai bahan baku.
"Selain itu, kami ingin mengetahui proses peternakan sapi perah secara modern dan berkelanjutan. Kami juga melakukan kunjungan ke pabrik pengolahan susu Friesland Campina di Leeuwarden,” sebutnya, dikutip Kompas.com dari laman resmi Kemenperin, Kamis (27/4/2023).
Baca juga: Cetak SDM Industri Siap Kerja, SMK dan Kampus Kemenperin Buka Jalur Pendaftaran Bersama
Menurut Putu, hasil penjajakan tersebut mendapat tanggapan yang positif, baik dari Kementerian Pertanian, Alam, dan Kualitas Makanan atau Ministerie van Landbouw, Natuur en Voedselkwaliteit (LNV) maupun Organisasi Pertanian dan Hortikultura atau Land-en Tuinbouw Organisatie (LTO).
“Belanda memiliki berbagai potensi yang dapat dijajaki lebih lanjut dengan berbagai pihak di Indonesia, khususnya dengan pihak swasta yang tertarik dengan investasi sapi perah ini. Termasuk peluang kerja sama pembibitan crossbreed sapi perah Belanda dengan bibit sapi perah lokal yang toleran suhu,” imbuhnya.
Pada pertemuan dengan LNV, Putu menyampaikan bahwa kondisi industri pengolahan susu di Indonesia saat ini mengalami kekurangan bahan baku susu segar sebesar 80 persen.
Oleh karenanya, terdapat keinginan beberapa perusahaan besar pengolahan susu di Indonesia yang ingin membeli sapi perah asli dari Belanda (Holstein), dengan total sebanyak 8.000-16.000 ekor.
“Kami menawarkan Indonesia sebagai a new hope for Dutch cattle, karena peternak sapi perah Belanda dapat merelokasi sapi perahnya ke Indonesia maupun melakukan investasi di Indonesia,” ungkap Putu.
Pada kesempatan itu, Director for International Agribusiness and Food Security LNV Ralf van de Beek menjelaskan, saat ini industri sapi perah di Belanda sedang berbenah untuk menghadapi perubahan iklim, khususnya terkait pengurangan tingkat nitrogen pada kotoran sapi, kesehatan tanah dan air untuk pakannya, serta antisipasi tingginya curah hujan yang dapat memicu banjir.
“Dengan prinsip triple helix (industri, pemerintah, dan universitas atau masyarakat), kami yakin dapat menyelesaikan tantangan yang ada untuk sustainability industri susu di Belanda,” tuturnya.
Sedangkan, saat pertemuan dengan LTO, Chairman for Sector Dairy Farming Erwin Wunnekink mengatakan, tipikal peternak sapi perah di Belanda adalah pertanian skala keluarga.
Jumlah sapi perah 200-500 ekor yang dikelola, sehingga manajemen yang digunakan pun lebih sederhana, yaitu manajemen lahan, input, produksi, pengiriman ke off taker, dan pengolahan limbah.
“Dengan tipikal tersebut, peralatan/mesin otomatisasi menjadi salah satu alternatif solusi pengelolaan peternakan sapi perah skala ekonomis, seperti penggunaan milking robot merek LELY yang asli diproduksi oleh perusahaan Belanda,” ucapnya.
Progres pabrik Frisian Flag Karawang
Pada kesempatan yang sama, Corporate Director Dairy Development Friesland Campina NV Jeroen Elfers menyampaikan progres pengerjaan proyek pembangunan pabrik baru Frisian Flag Indonesia di Karawang seluas 25 hektar.
Pabrik tersebut dalam status sudah hampir selesai, termasuk sumber bahan bakunya yang akan bekerjasama dengan PTPN dengan menggunakan susu lokal.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya