Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 4 Juni 2023, 14:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Belanda betul-betul berupaya keras untuk mengembalikan dunia yang bernafas tanpa penghalang.

Tak puas dengan transportasi hijau melalui pengembangan jalur sepeda sepanjang lebih dari 35.000 kilometer (21.748 mil), atau setara dengan seperempat jaringan jalan Belanda sepanjang 140.000 kilometer, inovasi lainnya tengah dirintis Negeri Kincir Angin ini.

Adalah Wonderwoods, hunian terbaru yang merupakan hasil rancangan arsitek Italia pemenang sejumlah penghargaan, Stefano Boeri.

Apartemen tingkat sedang ini dibangun dari semak kismis dan pohon pir dalam beberapa tahapan. Pertama terdiri dari 300 pohon dan 10.000 tanaman yang akan mengubah hunian vertikal ini menjadi hutan hidup.

Baca juga: Daftar Lengkap Taman Hutan Raya (Tahura) di Indonesia

Lokasinya berada di Utrecht, kota terbaru yang mendapatkan sentuhan imajinasi dunia dari sang maestro arsitek yang telah menjadikan Milan sebagai percontohan hutan vertikal perdana pada satu dekade lalu.

Bosco Verticale di distrik Porta Nuova mengilhami generasi baru proyek reboisasi perkotaan, dan praktik arsitektur Boeri dan menyebarkan desainnya semakin luas di luar Italia, yakni Perancis, Swiss, Albania, Kairo, hingga Dubai.

"Hutan Vertikal Wonderwoods" ini berakar di lingkungan Utrecht antara Croeselaan dan Jaarbeursboulevard, dan akan siap untuk dihuni pada musim panas 2024.

“Ini akan menjadi model integrasi yang baik antara arsitektur dan alam yang hidup, yang kami harap akan menjadi instrumen untuk membuat kota menjadi lebih hijau,” kata arsitek Francesca Cesa Bianchi, mitra dan direktur proyek di Stefano Boeri Architetti.

Dengan 300 pohon dari 30 spesies berbeda serta ribuan tanaman pada fasad bangunan, Wonderwoods akan memiliki vegetasi yang sama dengan satu hektar hutan.

Baca juga: Kecukupan Tutupan Hutan, Menjaga Daerah Aliran Sungai tetap Lestari

Ekosistem perkotaan ini mampu menghasilkan sekitar 41 ton oksigen setiap tahun, pada waktu bersamaan dapat menyedot karbondioksida (CO2), dan menangkap partikel debu halus.

Selain menjernihkan udara, tanaman juga dapat meredam polusi suara kota. Pada musim panas, naungan dedaunannya mengurangi efek pulau panas, menurunkan suhu pada fasad, dan di dalam gedung.

Hal ini berdampak signifikan pada iklim mikro lokal dan kesejahteraan penduduk, terutama karena risiko gelombang panas meningkat akibat perubahan iklim.

Warga sekitar juga akan merasakan manfaat dari penghematan energi, karena lebih sedikit AC yang dibutuhkan.

Terinspirasi oleh vegetasi di Taman Nasional Utrechtse Heuvelrug, dengan pohon-pohon yang bersumber dari pembibitan Van den Berk, tanaman hijau khusus ini juga membutuhkan Thin-layer Chromatography (TLC) yang unik dan lokal.

Sekelompok tukang kebun dimobilisasi dari Royal Ginkel Group. Mereka akan merayap sedikit demi sedikit dari atas gedung untuk merawat tanaman, seperti yang terjadi di Bosco Verticale Milan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
Pemerintah
Saat Anak Muda Diajak Kembali ke Sawah lewat Pendekatan Inovatif
Saat Anak Muda Diajak Kembali ke Sawah lewat Pendekatan Inovatif
Pemerintah
4 Orangutan Korban Perdagangan Ilegal Dipulangkan ke Indonesia dari Thailand
4 Orangutan Korban Perdagangan Ilegal Dipulangkan ke Indonesia dari Thailand
Pemerintah
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau