Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pola asuh yang buruk menjadi faktor utama terjadinya stunting pada anak di perkotaan, bukan disebabkan oleh kurangnya asupa gizi.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (3/6/2023).

“Kami melihat secara umum, di perkotaan, masyarakat memiliki ekonomi yang lebih baik, dan mereka mampu membeli asupan gizi yang diperlukan,” kata Bonivasius.

Baca juga: Penanganan Stunting Harus Dilakukan Bersama-sama

“Namun ternyata, pertumbuhan anaknya terhambat. Ini masalah yang aneh,” sambungnya, sebagaimana dilansir Antara.

Di perkotaan, para orangtua sibuk dengan pekerjaannya dan anak-anak mereka dititipkan pada kakek, nenek, atau pengasuh mereka.

Bonivasius menuturkan, orangtua yang seperti itu selalu ingin serba instan, termasuk memberikan makanan berupa mi instan pada anaknya.

“Kecenderungan serba instan itu salah dan berdampak pada anak, sehingga pola asuhnya tidak tepat,” ujar Bonivasius.

Baca juga: Berbagai Bahaya Akibat BAB Sembarangan, dari Penyakit hingga Stunting

Dia berujar, orangtua perlu menerapkan pola asuh yang lebih baik dan lebih memperhatikan kebutuhan gizi anaknya, seperti dengan memberikan ASI eksklusif serta nutrisi yang tepat.

Selain itu, orangtua juga perlu mendapat informasi yang baik tentang kebutuhan nutrisi sesuai usia untuk mencegah anak stunting.

Kasus di perkotaan berbeda dengan di perdesaan, di mana stunting disebabkan oleh kesulitan keuangan.

Dia turut meminta partisipasi dari semua pihak untuk membantu para oran tua yang anaknya mengalami stunting agar dapat memenuhi asupan gizi anaknya.

Baca juga: Paparan Asap Rokok Bisa Sebabkan Balita Stunting

Inisiatif yang dilaksanakan untuk memenuhi tujuan tersebut antara lain program Dapur Sehat dan bapak asuh.

“Program bapak asuh merupakan intervensi bagi anak stunting yang asupan gizinya terpenuhi selama enam bulan ke depan,” kata Bonivasius.

“Dapur Sehat adalah upaya untuk meningkatkan makanan di daerah tersebut (sehingga dapat) memenuhi kebutuhan gizi anak stunting,” ucapnya.

Bonivasius menginformasikan bahwa pihaknya memiliki anggaran yang terbatas untuk mengejar program penurunan stunting.

Sehingga pihak lain juga diminta terlibat dalam program bapak asuh untuk mendukung pencapaian penanganan stunting.

Baca juga: HUT Ke-3, Indonesian Gastronomy Community Angkat Isu Pangan Lokal hingga Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com