KOMPAS.com – Deforestasi atau penggundulan hutan netto di Indonesia pada periode 2020 hingga 2021 mencapai 113.534,3 hektare (ha).
Dalam Rencana Laporan Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2022, laju deforestasi pada periode 2020 hingga 2021 menurun 8,33 persen bila dibandingkan periode 2019 hingga 2020.
Deforestasi netto sendiri menghitung luas deforestasi bruto dikurangi dengan luas reforestasi sebagai akibat dari perubahan atau pengurangan luas penutupan lahan kategori berhutan pada kurun waktu tertentu.
Deforestasi bruto pada kurun 2020 hingga 2021 mencapai 139.086,9 ha sedangkan reforestasi pada periode yang sama adalah 25.552,6 ha.
Deforestasi bruto terdiri atas tiga klasifikasi hutan yaitu hutan primer 7.735 ha, hutan sekunder 129.255,4 ha, dan hutan tanaman 2.096,6 ha.
Sehingga bila deforestasi netto dikurangi reforestasi, didapatkan angka deforestasi netto pada periode 2020 hingga 2021 adalah 113.534,3 ha.
Target deforestasi pada 2020 hingga 2021 adalah 0,20 Juta ha. Dengan realisasi tersebut, maka upaya penghentian laju deforestasi mencapai 181,81 persen alias melebihi target.
Baca juga: RGE Bantah Tudingan Deforestasi dalam Rantai Pasok
Dalam kata pengantarnya di Rencana Laporan Kinerja KLHK 2022, Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan bahwa deforestasi netto pada periode 2020 hingga 2021 adalah yang terendah.
“Laju deforestasi juga mengafirmasi perbaikan kualitas lingkungan tersebut dengan mencatatkan angka 0,11 juta ha per tahun yang merupakan laju deforestasi terendah sepanjang masa,” tulis Siti.
Berdasarkan tujuh pulau besar atau kepulauan yang ada di Indonesia, deforestasi netto tertinggi terjadi di Pulau Kalimantan seluas 47.972,7 ha atau 42,25 persen.
Sedangkan deforestasi terkecil terjadi di Pulau Jawa dengan luas 454,2 ha atau 0,40 persen.
Berikut tujuh pulau besar atau kepulauan di Indonesia yang mengalami deforestasi pada periode 200 hingga 2021 menurut catatan KLHK.
Baca juga: Aturan Anti Deforestasi Uni Eropa Rugikan RI, Kopi hingga Kakao Jadi Sasaran
Deforestasi Indonesia telah dihitung secara periodik sejak 1990. Metode penghitungannya terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Mulai periode 2011-2012, penghitungan deforestasi dilakukan dengan mempertimbangkan reforestasi. Pada periode sebelumnya, penghitungannya hanya berdasarkan deforestasi bruto.
Reforestasi terjadi karena aktivitas penanaman, baik yang dilakukan dalam upaya produksi hasil hutan kayu, pertumbuhan tanaman, atau upaya rehabilitasi hutan dan lahan.
Reforestasi dapat terjadi di area izin usaha hutan tanaman maupun area rehabilitasi.
Reforestasi Indonesia pada periode 2020 hingga 2021 adalah sebesar 25.552,6 ha yang terjadi di hutan sekunder dan hutan tanaman.
Pada periode 2020 hingga 2021, reforestasi hutan sekunder sebesar 2.559 ha atau 10,01 persen dan reforestasi hutan tanaman sebesar 22.993,7 ha atau 89,99 persen.
Baca juga: Ekspor RI ke Uni Eropa Terhalang Aturan Anti Deforestasi, Mendag: Cari Pasar Baru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya