Mereka memandang pewarnaan struktural sebagai solusi. Di sinilah bentuk dan pola memantulkan warna cahaya tertentu tanpa adanya pigmentasi, seperti yang terlihat pada gelembung sabun dan tumpahan minyak.
Mencari sumber alami dari fenomena ini, tim peneliti pun lantas menggunakan cellulose nanocrystals (CNCs) yang berasal dari selulosa dan ditemukan pada tumbuhan, untuk membuat film berwarna-warni tanpa pigmen tambahan.
Baca juga: Pakai AC Bisa Tingkatkan Pemanasan Global, Ini Penjelasannya
“Kami secara khusus menggunakan bahan berbasis selulosa untuk film karena selulosa adalah polimer yang paling melimpah di alam,” kata Dr Shen.
Setelah bereksperimen dengan warna-warna dasar, para peneliti sekarang mengerjakan film selulosa CNC-etil yang berkilauan. Mereka juga mengembangkan tekstur berbeda yang dapat berbaur dengan berbagai finishing kayu.
Para peneliti membuat film selulosa berlapis dalam warna biru, hijau, dan merah cerah serta mengujinya.
Ketika ditempatkan di bawah sinar matahari, suhu rata-rata hampir 4 derajat celcius lebih dingin daripada udara di sekitarnya.
Satu meter persegi film ini menghasilkan daya pendinginan lebih dari 120 watt, menyaingi banyak jenis AC di rumah-rumah.
Baca juga: Pilar 3 SDGs: Pembangunan Lingkungan
Sebagai pedoman umum, kamar tidur membutuhkan sekitar 80 watt per meter persegi dan ruang tamu berkapasitas AC 125 watt.
Para peneliti berharap dapat menemukan cara baru untuk memanfaatkan film selulosa CNC-etil. Termasuk menambahkan sensor untuk mendeteksi polutan lingkungan atau perubahan cuaca.
Mereka juga berharap lapisan film tersebut dapat memenuhi beberapa tujuan sekaligus; digunakan untuk mendinginkan bangunan dan mengubah tingkat polutan di area padat.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya