Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kualitas udara Jakarta yang buruk dan lanskap yang diselimuti kabut asap kerap mmenjadi sorotan.

Data pada Kamis (15/6/2023) menurut IQAir pukul 09.30, indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 156. Polutan utama PM 2,5 memiliki nilai konsentrasi 64,8 mikrogram per meter kubik.

Sedangkan ambang batas PM 2.5 yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 15 mikrogram per meter kubik.

Baca juga: Dari Mana Saja Sumber Polusi Udara Jakarta?

PM 2,5 adalah partikulat yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan risiko besar terhadap kesehatan orang dewasa seperti memperburuk penyakit jantung kronis, paru kronis, diabetes, dan kanker.

PM 2,5 juga turut memengaruhi kesehatan anak seperti kelahiran yang tidak sempurna, memperlambat pertumbuhan paru-paru, hingga menyebabkan pneumonia dan stunting.

Tingginya tingkat polusi udara di ibu kota tersebut membuat masyarakat rentan terpapar berbagai penyakit yang membahayakan jiwa.

Di sisi lain, ketika Jakarta terus diracuni polusi, Ibu Kota Korea Selatan (Korsel) Seoul justru mengalami peningkatan kualitas udara dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Udara Jakarta Tidak Sehat, Pakar: Batasi Kendaraan Pribadi dan Perluas RTH

Udara Seoul yang makin baik

Daerah Ibu Kota Seoul yang terdiri atas Seoul, Incheon, dan Gyeonggi dianggap sebagai salah satu wilayah metropolitan terbesar di dunia.

Ketiga wilayah tersebut membentang lebih dari 12.000 kilometer persegi dengan populasi 26 juta jiwa.

Menurut laporan dari The United Nations Environment Programme (UNEP) baru-baru ini, Daerah Ibu Kota Seoul berhasil mengurangi polusi udara secara signifikan antara 2005 hingga 2020.

Baca juga: Polusi Udara Bisa Sebabkan Kerusakan Kulit, Begini Cara Mencegahnya

Antara 2005 hingga 2021, rata-rata partikel kasar (PM 10) menurun sekitar 30 persen hingga 2021 di Daerah Ibu Kota Seoul.

Pada Kamis, menurut IQAir ndeks kualitas udara di Seoul adalah 72 masuk kategori sedang. Polutan utama PM 2,5 nilai konsentrasinya 22 mikrogram per meter kubik.

Sedangkan polutan PM 10 nilai konsentrasinya adalah 36 mikrogram per meter kubik.

Kondisi kualitas udara di Daerah Ibu Kota Seoul tersebut dinilai meningkat, mengingat kawasan metropolitan identik dengan polusi udara karena aktivitas industri dan transportasi.

Baca juga: Soal Candaan Heru Budi Atasi Polusi Udara dengan Ditiup, Anggota Komisi D: Ini Bukan Masalah Remeh

Resep perbaikan kualitas udara Seoul

Lantas apa resep Daerah Ibu Kota Seoul berhasil meningkatkan kualitas udaranya? Dilansir dari Greennetwork.asia, setidaknya ada tiga upaya dan perencanaan dalam mengatasi polusi di sana.

  1. Undang-undang dengan kerangka yang menyeluruh di level nasional.
  2. Rencana dasar disertai gambaran implementasi di skala nasional.
  3. Rencana pelaksanaan di skala daerah dengan mempertimbangkan kondisi di masing-masing daerah.

Bak gayung bersambut, perencanaan upaya tersebut mendapatkan pendanaan yang besar antara 2005 hingga 2020.

Laporan dari UNEP menyebutkan, investasi sebesar 9 miliar dollar AS disuntikkan ke Seoul, Incheon, dan Gyeonggi antara 2007 hingga 2020 untuk mendukung upaya manajemen kualitas udara.

Sebanyak 56 persen dari investasi tersebut digunakan untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi.

Selain itu, tersedianya data yang kuat tentang polusi udara dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah juga menjadi faktor penting dalam peningkatan kualitas udara di sana.

Baca juga: Penyelesaian Macet dan Polusi di Jakarta Harus Dilanjutkan, Meski Bukan Lagi Ibu Kota

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau