KOMPAS.com - Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) adalah salah satu teknologi pembangkitan listrik dengan memanfaatkan energi gelombang laut.
Energi gelombang laut adalah salah satu potensi energi di lautan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik.
Energi gelombang air laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju ke daratan, dan sebaliknya.
Baca juga: Transisi Energi di ASEAN Perlu Dikebut, Ini Strateginya
Dilansir dari situs web Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), gelombang laut muncul karena pergerakan laut akibat dorongan pergerakan angin.
Karena sumber energinya terus menerus ada akibat fenomena alam, energi gelombang laut termasuk dalam energi terbarukan.
Dari potensi energi gelombang laut ini kemudian dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui PLTG.
Baca juga: Perlindungan Lingkungan Didorong Ada dalam Kebijakan Energi Nasional
Dilansir dari publikasi ilmiah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Menggunakan Teknologi Oscilating Water Column di Perairan Bali yang diterbitkan Jurnal Teknologi Elektro pada 2010, PLTGL memiliki beberapa komponen inti.
Komponen-komponen inti tersebut berperan untuk menghasilkan energi listrik dari awal prosesnya hingga dialirkan ke jaringan atau konsumen akhir. Berikut komponen-komponen dalam PLTGL:
Lantas bagaimana cara kerja PLTGL? Pertama-tama, potensi energi gelombang laut ditangkap oleh mesin konversi energi gelombang laut.
Baca juga: Ini Caranya Capai Ketahanan Energi Terbarukan di ASEAN
Dalam mesin konversi, energi kinetik yang dihasilkan oleh gelombang laut yang kemudian diteruskan ke turbin.
Turbin kemudian berputar menghasilkan energi mekanik dari energi kinetik gelombang laut di mesin konversi.
Setelah turbin bergerak, putarannya diteruskan ke generator dan menghasilkan energi listrik yang kemudian disalurkan ke jaringan atau konsumen akhir.
Menurut artikel berjudul Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) Sebagai Energi Alternatif di Indonesia yang diterbitkan Journal Technopreneur pada 2022, setidaknya ada empat jenis PLTGL.
Baca juga: Interkoneksi Jaringan Lintas ASEAN Jadi Solusi Kelemahan Energi Terbarukan
Sekitar dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Bumi Pertiwi juga memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada.
Kondisi ini membuat Indonesia memili potensi energi laut yang besar, salah satunya potensi energi gelombang laut untuk dimanfaatkan sebagai PLTGL.
Dilansir dari artikel ilimiah berjudul Simulasi Gelombang Laut Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) yang diterbitkan Jurnal Teknologi Elektro pada 2018, potensi energi gelombang laut di Indonesia cukup besar terletak di pantai selatan Jawa sampai Nusa Tenggara.
Baca juga: Indonesia Punya Kesempatan Pimpin ASEAN Lakukan Transisi Energi
Potensi energi gelombang laut di daerah tersebut antara 10 kilowatt (kW) hingga 20 kW per meter gelombang.
Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan bahwa energi gelombang laut di beberapa titik di Indonesia bisa mencapai 70 kW per meter gelombang di beberapa lokasi.
Daerah pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat juga berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kW per meter gelombang.
Karakteristik energi gelombang laut dinilai sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia.
Baca juga: Norwegia Akan Guyur Rp 3,7 Triliun untuk Transisi Energi Indonesia
Meski memiliki potensi yang melimpah, pengembangan PLTGL di Indonesia saat ini masih belum optimal.
Sejauh ini, belum ada PLTGL di Indonesia yang beroperasi dan menghasilkan listrik secara komersial. Kementerian ESDM menyebutkan, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai PLTG.
PLTGL memiliki banyak manfaat apabila dioptimalkan karena selain sebagai energi terbarukan, gelombang laut juga tersedia secara gratis.
PLTGL dapat ditempatkan di pesisir pantai hingga laut lepas tergantung sistem atau jenis yang digunakan.
Karena luas wilayah Indonesia didominasi perairan, PLTGL dapat membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mencukupi kebutuhan listrik dengan energi terbarukan.
Baca juga: Walhi: PLTU Captive di Smelter Nikel Jadi Ironi Transisi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya