KOMPAS.com - Asia Tenggara adalah kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan permintaan energi yang besar.
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan konsumsi energi di Asia Tenggara diproyeksikan terus naik di tahun-tahun mendatang.
Jika kondisi tersebut tidak diantisipasi dengan pemanfaatan energi bersih, melonjaknya emisi gas rumah kaca (GRK) di kawasan Asia Tenggara akan menjadi masalah besar.
Baca juga: Emisi Karbon Sektor Energi Baru Terpangkas 95 Juta Ton
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN berpeluang mendorong terciptanya ekosistem industri energi terbarukan.
Ekosistem energi terbarukan tersebut dapat melalui kerja sama jaringan listrik interkoneksi regional ASEAN Power Grid.
ASEAN Power Grid bisa menjadi salah satu cara mencapai ketahanan energi berbasis energi terbarukan di ASEAN.
"ASEAN power grid bisa menjadi salah satu infrastruktur pendukung untuk mempercepat pemanfaatan energi terbarukan di negara ASEAN sembari menunggu pangsa pasarnya tumbuh," kata Fabby dalam webinar bertajuk Towards a Decarbonized ASEAN: Unlocking the Potential of Renewables to Advance ASEAN Interconnectivity, Selasa (13/6/2023).
Baca juga: Interkoneksi Jaringan Lintas ASEAN Jadi Solusi Kelemahan Energi Terbarukan
"Negara ASEAN bisa mendorong kerja sama rantai pasokan teknologi energi terbarukan, khususnya teknologi sel modul surya," sambung Fabby.
Sub Koordinator Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Yeni Gusrini menuturkan, pada pengembangan fase pertama, ASEAN Power Grid telah berhasil mentransfer listrik sebesar 100 megawatt (MW) dari Laos ke Singapura.
"Pengembangan ASEAN Power Grid fase pertama telah berhasil menghubungkan Laos – Thailand – Malaysia – Singapura. Ke depannya, ASEAN Power Grid akan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi yang memastikan kecukupan energi di seluruh wilayah ASEAN," ujar Yeni.
Head of Center for Energy Research Norwegian Institute of International Affairs Indra Overland mengungkapkan, penting bagi negara-negara ASEAN untuk mulai memikirkan strategi peningkatan energi terbarukan di dalam negeri dan di kawasan.
Baca juga: Indonesia Punya Kesempatan Pimpin ASEAN Lakukan Transisi Energi
"Kita dapat mencontoh Vietnam yang berhasil menambahkan kapasitas energi terbarukannya secara masif dalam satu dekade ke belakang," kata Overland.
"Strategi seperti adanya kerangka kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan termasuk perpajakan dan kemudahan pengurusan perizinan sangat berpengaruh pada minat investor untuk berinvestasi pada pengembangan energi terbarukan di suatu wilayah," imbuhnya.
Overland menambahkan, salah satu indikator suatu negara memiliki implementasi kebijakan yang baik adalah saat sektor energi terbarukan memiliki investor yang berlimpah.
Baca juga: Norwegia Akan Guyur Rp 3,7 Triliun untuk Transisi Energi Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya