JAKARTA, KOMPAS.com - PBB merilis laporan yang ditulis oleh 15 ilmuwan untuk membantu memajukan implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sutainable Development Goals (SDGs) dan menjadi masukan utama untuk tindak lanjut dan peninjauan agenda SDGs 2030 oleh Negara-negara Anggota.
The Global Sustainable Development Report (GSDR) 2023 setebal 202 halaman itu bertujuan mempercepat transformasi melalui titik masuk yang penting dan memungkinkan sains untuk mendukung percepatan ini.
GSDR 2023 memperingatkan bahwa pada separuh jalan Agenda SDGs 2030, dunia jauh dari jalurnya dan bahwa situasinya jauh lebih mengkhawatirkan daripada tahun 2019.
Efek berkepanjangan dari pandemi, konflik, ketidakstabilan Covid-19, serta inflasi dan meningkatnya biaya hidup, telah menghapus kemajuan bertahun-tahun pada beberapa SDGs dan memperlambat kemajuan pada yang lain.
Baca juga: SDGs: Pengertian, Sejarah, dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa transformasi tak terelakkan dan harus segera dilakukan. Untuk itu perlu seruan penggunaan waktu dan sumber daya yang bijaksana dan efektif, dan merekomendasikan pekerjaan kolektif. Baik secara geopolitik, energi, iklim, air, makanan, dan jaminan sosial.
GSDR 2023 mengacu pada kerangka pengorganisasian GSDR 2019 dari enam titik masuk untuk transformasi, yang tetap menjadi ranah penting di mana tindakan dapat berdampak pada SDGs.
Keenam titik masuk tersebut adalah kesejahteraan dan kemampuan manusia, ekonomi yang berkelanjutan dan adil,
sistem pangan berkelanjutan dan pola gizi sehat, dekarbonisasi energi dengan akses universal, pembangunan perkotaan dan pinggiran kota, dan lingkungan bersama global.
Selain empat pengungkit GSDR 2019 untuk mewujudkan transformasi di titik masuk ini, terdapat tata kelola, ekonomi dan keuangan, sains dan teknologi, serta tindakan individu dan kolektif, laporan tahun 2023 mengidentifikasi pembangunan kapasitas sebagai pengungkit kelima.
Baca juga: Survei KG Media: Pembaca Sudah Sadar Pentingnya Program SDGs
GSDR menguraikan tiga fase transformasi yakni kemunculan, akselerasi, dan stabilisasi yang harus berakar pada sains.
Dengan demikian diharapkan lebih banyak lagi aktivitas ilmiah untuk dipahami dan diproduksi di luar negara berpenghasilan tinggi atau High Income Countries (HICs) dan untuk sains yang kuat secara sosial dan didukung oleh kepercayaan dan integritas.
Laporan diakhiri dengan serangkaian ajakan bertindak dengan usulan agar Negara Anggota PBB masing-masing menguraikan Kerangka Transformasi SDG bersama yang terdiri dari enam elemen.
Yakni rencana aksi nasional untuk melawan tren negatif atau stagnasi dalam implementasi SDG, perencanaan lokal dan khusus industri untuk dimasukkan ke dalam rencana nasional, inisiatif melalui Agenda Aksi Addis Ababa (AAAA) atau lainnya untuk meningkatkan ruang fiskal, termasuk reformasi pajak, restrukturisasi dan keringanan utang, dan peningkatan keterlibatan lembaga keuangan internasional untuk implementasi SDG.
Kemudian investasi dalam data terkait SDGs, perangkat berbasis sains, dan pembelajaran kebijakan, kemitraan untuk memperkuat antarmuka sains-kebijakan-masyarakat, dan langkah-langkah untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Baca juga: Survei KG Media: 68 Persen Pembaca Bersedia Pindah ke Merek yang Terapkan SDGs
GSDR 2023 juga menyerukan Negara Anggota untuk membangun kapasitas demi transformasi di tingkat individu, kelembagaan, dan jaringan, untuk menyusun strategi, berinovasi, mengelola konflik, mengidentifikasi dan mengatasi hambatan, dan mengatasi krisis dan risiko.
Berikutnya mengedepankan intervensi sinergis kunci di masing-masing dari enam titik masuk untuk transformasi keberlanjutan, untuk mencapai koherensi dan kesetaraan dan memastikan bahwa kemajuan kesejahteraan manusia tidak dilakukan dengan mengorbankan iklim, keanekaragaman hayati, dan ekosistem.
Kemudian mengusulkan lima langkah untuk memperbaiki kondisi dasar implementasi dengan berinvestasi dalam pencegahan dan resolusi konflik, meningkatkan ruang fiskal, mendukung kelompok marginal, memanfaatkan transformasi digital, dan berinvestasi dalam kesetaraan gender.
Selain itu, GSDR juga merekomendasikan alat untuk mengubah ilmu pengetahuan dan pendekatan guna memastikan bahwa ilmu pengetahuan, kebijakan, dan masyarakat bekerja sama untuk masa depan di mana manusia dan alam dapat berkembang menjadi satu.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya