Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APTISI-SEVIMA Kolaborasi Atasi Kesenjangan Digital Perguruan Tinggi

Kompas.com - 05/07/2023, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia kini sedang mengalami fenomena Digital Divide. Tak terkecuali di dunia pendidikan tinggi.

Ada kampus yang dilengkapi fasilitas digital komplet karena mampu membuat sistem akademik sendiri dengan biaya miliaran rupiah, tapi masih banyak kampus yang hingga kini memiliki fasilitas digital terbatas.

Kampus-kampus dengan fasilitas digital terbatas ini, akhirnya belajar menggunakan papan tulis kapur, melakukan proses pendaftaran dan pembayaran kuliah manual, seluruh proses administrasi dan birokrasi masih menggunakan kertas.

Kondisi ini terjadi tidak hanya di daerah terluar Indonesia, juga di Pulau Jawa. Utamanya di kampus swasta dengan jumlah mahasiswa sedikit.

Baca juga: Martabe Dukung Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Pertanian

Hal ini mengemuka dalam webinar bersama Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Dr Budi Djatmiko  dan Chief Marketing Officer dari Education Technology SEVIMA Andry Huzain, Selasa (4/7/2023).

"Oleh karenanya fenomena ini disebut sebagai digital divide. Kampus bukan dipisahkan oleh jarak, tapi oleh kemampuan digital," ujar Budi.

Dampaknya sangat signifikan, kampus yang sudah mendigitalisasi seluruh aspek akademiknya, diminati jutaan calon mahasiswa.

Sedangkan kampus kecil yang tidak melakukan digitalisasi, pasti akan tersisih, akhirnya jumlah pendaftar dan kemampuan keuangannya makin sedikit, dan makin sulit lagi untuk melakukan digitalisasi.

"Karena itu, kampus sudah waktunya di-cloud, ada di awan!," cetus Budi.

Kerja sama SEVIMA dan APTISI merevolusi paradigma digitalisasi kampus dan memecahkan kesenjangan digital dengan menyajikan alternatif terbaru.

Baca juga: Huawei Gandeng Kemendikbudristek, Revolusi Sistem Pendidikan Nasional

Kini, digitalisasi tak harus dilakukan kampus dengan membuat aplikasi sendiri, tapi cukup menggunakan aplikasi yang tidak perlu mengadopsi server fisik sama sekali. Semuanya berbasis cloud dan keamanannya telah tersertifikasi secara internasional.

Secara teknis, aplikasi ini berbasis Software as a Service (SaaS). Dengan disrupsi biaya dan teknologi tersebut, SEVIMA melayani lebih dari 800 kampus dan 3 juta mahasiswa seluruh Indonesia sebagai penggunanya.

Sistem Akademik berbasis SaaS yang dikembangkan Education Technology SEVIMA, kemudian disebut sebagai “SEVIMA Platform”, merevolusi digitalisasi kampus karena mampu menghadirkan solusi atas berbagai masalah administrasi kampus.

"Masalah seperti proses penerimaan mahasiswa, pembayaran kuliah, pembelajaran online, akreditasi, penerbitan ijazah, hingga pelaporan data kampus kepada pemerintah, yang dulunya harus diinput satu persatu melalui excel, dicetak, ataupun lewat aplikasi yang beragam," tutur Andry.

Baca juga: Mengenal Tujuan 4 SDGs: Pendidikan Berkualitas

Dengan SEVIMA Platform, semua proses tersebut bisa berlangsung serba otomatis dan saling terintegrasi.

Kehadiran SEVIMA juga diklaim mampu mendemokratisasi digitalisasi dan integrasi business process pengelolaan kampus, karena akhirnya fasilitas ini dapat diakses oleh masyarakat luas. Baik melalui laptop ataupun gawai pintar.

"Bagian dari ekosistem platform kami, SevimaPay, juga menjadi payment aggregator di 800 kampus untuk bisa membayar uang kuliah melalui minimarket. Nampaknya sederhana, tapi sangat berarti bagi mahasiswa yang sebelumnya harus bayar manual di kampus dan belum memiliki akses ke perbankan. Inilah cara kita untuk memecahkan kesenjangan digital," ungkap Andry.

Perjuangan mendemokratisasi akses digital di kampus akan terus dilakukan SEVIMA sesuai dengan misi perusahaan, #RevolutionizeEducation.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2024 Diproyeksikan Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

2024 Diproyeksikan Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

LSM/Figur
Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Pemerintah
Nusa Penida Menuju Pulau 100 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Nusa Penida Menuju Pulau 100 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Swasta
Pembangunan Berkelanjutan Harus Menyentuh Desa Terdepan Indonesia

Pembangunan Berkelanjutan Harus Menyentuh Desa Terdepan Indonesia

LSM/Figur
Jadi Penyumbang Emisi GRK Besar, Penerbangan Bakal Diatur Lebih Ketat

Jadi Penyumbang Emisi GRK Besar, Penerbangan Bakal Diatur Lebih Ketat

Pemerintah
Skema 'Power Wheeling' Dinilai Naikkan Tarif Dasar Listrik

Skema "Power Wheeling" Dinilai Naikkan Tarif Dasar Listrik

LSM/Figur
Belahan Bumi Utara Alami Musim Panas Terpanas Sepanjang Sejarah

Belahan Bumi Utara Alami Musim Panas Terpanas Sepanjang Sejarah

LSM/Figur
Perubahan Iklim Sebabkan 400 Juta Siswa Terdampak Penutupan Sekolah

Perubahan Iklim Sebabkan 400 Juta Siswa Terdampak Penutupan Sekolah

Pemerintah
RPP Kebijakan Energi Nasional Disepakati Menteri ESDM dan DPR RI, Tunggu Pengesahan

RPP Kebijakan Energi Nasional Disepakati Menteri ESDM dan DPR RI, Tunggu Pengesahan

Pemerintah
Pemerintah Atur Cadangan Penyangga Energi, Dipakai saat Krisis dan Darurat

Pemerintah Atur Cadangan Penyangga Energi, Dipakai saat Krisis dan Darurat

Pemerintah
Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Pemerintah
Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Pemerintah
Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

LSM/Figur
Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Pemerintah
Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau