Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/07/2023, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Bumi bekerja tanpa henti mengalirkan energi bagi semesta. Sebagai organisme yang hidup, bumi membutuhkan saat-saat istirahat untuk memulihkan energi kehidupan.

Lalu, kapan bumi beristirahat?

Untuk membantu Bumi memulihkan kondisinya, perlu bagi kita untuk meningkatkan kesadaran betapa pentingnya menerapkan gaya hidup berkelanjutan.

Termasuk dalam membangun rumah, atau bangunan gedung. Mengapa kedua hal ini harus dilakukan dengan pendekatan berkelanjutan?

Baca juga: 15 Aksi Mitigasi Indonesia dalam Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Karena bangunan gedung menghabiskan lebih dari sepertiga sumber daya dunia untuk konstruksinya, menggunakan 40 persen dari total energi global dan menghasilkan 40 persen dari total emisi green house gas (GHG).

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menginisiasi gerakan green property dengan menerbitkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 1 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau.

Mandatorinya, bangunan gedung seluas di atas 5.000 meter persegi harus bersertifikasi Green Building.

Namun, faktanya baru 44 persen gedung baru di Jakarta yang menerapkan konsep itu. 

Sementara, menurut catatan Green Building Council Indonesia (GBCI), hingga 2022, baru ada 60 gedung di Indonesia yang mendapat sertifikat bangunan hijau atau memenuhi kriteria greenship dari GBCI.

Gedung ini mencakup bangunan rendah (low rise), sedang (mid rise), dan tinggi (high rise).

Baca juga: 90 Persen Target Nol Emisi Negara Berpolusi Tinggi Mustahil Tercapai, Indonesia Termasuk

Adapun total jumlah gedung bangunan tinggi di ibu kota Indonesia ini dalam data Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) sebanyak 184.

Gedung-gedung tersebut meliputi 134 gedung dengan ketinggian 150 meter lebih, 49 gedung dengan ketinggian di atas 200 meter, dan 1 gedung supertall atau mengangkasa lebih dari 300 meter.

Dari ke-60 gedung yang telah mendapat sertifikat bangunan hijau, hanya 22 gedung yang mencetak rating platinum alias skor greenship tertinggi, 35 gedung mendapat rating gold, dan tiga gedung dengan rating silver.

Bagaimana dengan gedung lama? Masih tidur. Padahal, efisiensi energi pada bangunan lama akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap keseluruhan upaya efisiensi energi di sektor bangunan.

Di area Jakarta sendiri, lahan hijau tidak lebih dari 10 persen. Sementara kota ini butuh 650 hektar tambahan lahan hijau dari asumsi 10 persen luas wilayah yang diperkirakan 65.000 hektar.

Bagaimana solusinya?

Baca juga: Emisi Karbon Sektor Energi Baru Terpangkas 95 Juta Ton

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menurunkan emisi gas rumah kaca lewat penerapan konsep go green, termasuk program satu miliar pohon dan gerakan atap ‘hijau’ atau green roof.

Atap ramah lingkungan juga diklaim dapat menambah daya tahan atap rumah atau bangunan karena melindungi dari sinar ultraviolet dengan tumbuhan sebagai pelindung dari cuaca.

Berdasarkan studi tahun 2005 oleh Brad Bass dari University of Toronto, penggunaan atap hijau dapat menyerap hujan, menyediakan zona isolasi bagi penghijauan, mengurangi pendinginan hingga 90 persen serta mengurangi efek pemanasan global.

Di Portland, Amerika Serikat, pemerintahnya mengadakan program Portland Ecoroof, yang memberikan insentif bagi para pengembang yang merancang bangunan dengan sistem atap hijau.

Material atap hijau menjadi solusi sekaligus bagian dari sistem arsitektur untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau